Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Takut Kawin Paksa oleh Taliban, Banyak Keluarga Tinggalkan Afghanistan

Kompas.com - 11/09/2021, 21:20 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

KABUL, KOMPAS.com - Khalid Shinwari (25) merasa lega setelah berhasil melarikan diri dari Afghanistan yang kini dikuasai Taliban. Ia berhasil mencapai Pakistan dalam beberapa hari terakhir.

Shinwari mengaku ia dan keluarganya pertama kali pindah ke Pakistan pada tahun 1990-an, tepatnya saat perang saudara melanda Afghanistan yang akhirnya membawa Taliban berkuasa.

"Ayah saya berpikir bahwa Pakistan akan menjadi tempat yang aman untuk dikunjungi, mengingat situasi yang bergejolak di Afghanistan," katanya, seraya menambahkan bahwa keluarganya menetap di Kohat. "Kami menghabiskan beberapa tahun di kota itu bekerja keras siang dan malam."

Baca juga: Perjalanan Panjang Sejarah Afghanistan dari Zaman Kuno hingga Sekarang

Ternyata pada tahun 2007, situasi di Afghanistan kembali stabil dan banyak investasi mulai masuk ke negara itu, yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan bisnis yang berkembang pesat, kata Shinwari.

"Kami lantas memutuskan untuk kembali ke negara kami," ungkapnya kepada DW. Keluarganya pun senang bisa kembali ke tanah air mereka meskipun ada gejolak di beberapa bagian negara.

Khawatir akan nasib anak perempuan

Runtuhnya pemerintah sipil Afghanistan dan pengambilalihan cepat negara itu oleh Taliban pada bulan lalu kini membuat keluarga Shinwari ketakutan.

"Ada desas-desus di daerah yang berdekatan dengan kami bahwa Taliban akan meminta anak perempuan. Saya memiliki empat saudara perempuan, dua di antaranya belum menikah. Kami melakukan perjalanan yang sulit untuk menyelamatkan dua saudara perempuan saya yang belum menikah ini," tutur Shinwari.

"Saya tidak ingin mereka dipaksa menikah dengan pejuang Taliban," tambahnya.

Meski meninggalkan rumah leluhurnya terasa menyakitkan, tetapi dia harus mengambil langkah itu demi kedua saudara perempuannya.

"Kami harus berjalan kaki selama tiga hari, membayar petugas transportasi yang berbeda yang membawa kabur uang kami. Kami meninggalkan segalanya di rumah kami dan sekarang kami tinggal di Rawalpindi."

"Saya bekerja di sebuah restoran sementara saudara laki-laki saya yang lain juga bekerja. Kami senang saudara perempuan kami aman sekarang," katanya.

Baca juga: Warga Afghanistan Dilarang Protes Pemerintahan Baru Taliban

Senada dengan Shinwari, seorang penjual sayur bernama Tariq Khan, yang juga berasal dari Nangarhar, mengatakan bahwa dia meninggalkan Afghanistan karena khawatir dengan keselamatan putrinya yang berusia 10 tahun.

"Saya tidak ingin para militan ini memandang buruk putri saya. Khawatir akan keselamatan putri saya, saya datang ke sini ketika Taliban menguasai daerah pedesaan."

"Sekarang, ketakutan terburuk saya menjadi kenyataan," katanya, seraya menambahkan bahwa kakak laki-lakinya Mir Bacha memiliki tiga anak perempuan berusia antara 12 dan 17 tahun. Saudara laki-lakinya yang lain, Majid Khan, memiliki empat anak perempuan berusia antara 10 dan 16 tahun.

"Mereka semua khawatir tentang putri mereka, takut bahwa Taliban pasti akan meminta mereka untuk menikahkan anak perempuan dengan militan mereka," ujar Khan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com