Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biden Ingin AS Berhenti Jadi Polisi Dunia setelah Keluar dari Afghanistan

Kompas.com - 04/09/2021, 12:39 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON KOMPAS.com - Slogan "Amerika telah kembali" yang digaungkan Presiden Amerika (AS) Joe Biden setelah pemilihannya tampaknya tak serta merta membuat AS kembali kepada ke kebijakan awalnya, setelah keluar dari Afghanistan secara penuh.

Di luar trauma evakuasi bandara Kabul, Biden menarik mundur AS secara lebih luas, yakni dengan menghentikan penggunaan sumber daya militer besar untuk memaksakan ketertiban dan nilai-nilai AS di seluruh dunia.

Baca juga: Biden Perintahkan AS Rilis Dokumen Rahasia Serangan 9/11

"Keputusan tentang Afghanistan ini bukan hanya tentang Afghanistan. Ini tentang mengakhiri era operasi militer besar AS untuk membuat ulang negara lain," kata Biden dalam apa yang dilihat banyak orang sebagai pidato bersejarah pada Selasa (31/8/2021).

"Hak asasi manusia akan menjadi pusat kebijakan luar negeri AS, tetapi cara untuk melakukannya bukanlah melalui pengerahan militer tanpa akhir," katanya.

"Strategi kami harus berubah."

Benjamin Haddad, direktur Pusat Eropa di Dewan Atlantik dan pakar hubungan transatlantik, menyebut pidato itu sebagai "salah satu penolakan paling fasih terhadap internasionalisme liberal oleh presiden AS mana pun dalam beberapa dekade terakhir."

Bagi orang-orang Amerika yang suka membayangkan negara mereka menjadi negara adidaya yang unik dan tak terkalahkan, pemenang Perang Dingin, kemudian intervensi militer AS yang hebat di mana-mana dari Irak hingga Afrika sejak itu, pernyataan Presiden ke-46 AS itu adalah kejutan.

Namun, bagi sebagian besar, jajak pendapat menunjukkan poros Biden kemungkinan akan populer.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Taliban Marah AS Pereteli Helikopter dan Pesawatnya | PM Jepang Yoshihide Suga Mundur Bulan Ini

Biden setuju dengan Trump?

Kepresidenan Biden biasanya dilihat sebagai penolakan terhadap pemerintahan sebelumnya di bawah Donald Trump.

Memang benar banyak kebijakan AS berubah saat Biden masuk ke Ruang Oval pada 20 Januari. Seperti dari hal-hal seperti kesopanan Gedung Putih, hingga memasuki kembali kesepakatan iklim Paris.

Tetapi pengabaian Biden terhadap operasi militer AS yang terbuka, yang disebut para pencela sebagai "polisi dunia", adalah "Trumpian".

Ketika Biden mengumumkan "saatnya untuk mengakhiri perang selamanya ini," tentang Afghanistan, "itu bisa dengan mudah seperti Trump," kata Charles Franklin, seorang profesor Sekolah Hukum Marquette dan direktur jajak pendapat Marquette.

Hari ini "publik (AS) tidak berkomitmen untuk peran internasional yang besar, tentu saja tidak seperti yang dimainkan AS pada 1950-an-1990-an," kata Franklin kepada AFP dilansir pada Sabtu (4/9/2021).

Mengenai Afghanistan khususnya, jajak pendapat menunjukkan dukungan kuat untuk keluar, sebesar 77 persen. Hasil jajak pendapat baru Washington Post-ABC News itu bahkan jika Biden melakukan operasi penarikan yang kacau.

Baca juga: AS Pereteli Helikopter dan Pesawatnya, Taliban Marah-marah

Risiko aliansi

Meski begitu, Biden dinilai sangat berbeda dari isolasionis ala Trump, karena dia tetap antusias untuk membangun aliansi. AS mungkin bukan “polisi dunia” yang sombong, menurut teori Biden, tetapi bisa menjadi pemimpin komunitas yang ramah.

Pemerintahannya bergerak cepat untuk menempatkan Washington kembali ke pusat negosiasi yang berliku-liku antara negara-negara besar dan Iran mengenai kebijakan nuklirnya, kesepakatan iklim, dan aliansi tradisional seperti NATO.

Perjalanan Juni ke Eropa untuk KTT G7 dan NATO, satu-satunya perjalanan luar negeri Biden hingga saat ini. menyerupai perjalanan diplomatik yang setara untuk komitmen “kembali bersama” dengan sekutu.

Namun, sekarang, beberapa dari sekutu itu mungkin merasa gugup, kata para analis.

Tricia Bacon, seorang ahli kontra-terorisme di departemen hukum Universitas Amerika, mengatakan kepada AFP bahwa sekutu merasakan "tingkat frustrasi yang wajar" atas kurangnya koordinasi dalam keberangkatan AS dari Afghanistan.

"Pesan AS harus sangat konsisten untuk mendapatkan kembali kredibilitas yang hilang," katanya.

Baca juga: Setiap Hari Melihat Penampakan UFO, Pilot AS Mengaku Khawatir

Imad Harb, direktur penelitian di Pusat Arab di Washington, mengatakan bahwa mitra Eropa bukan satu-satunya yang bertanya-tanya.

"Rezim Arab yang terbiasa dengan hubungan dekat dengan AS harus khawatir tentang apa yang terjadi di Afghanistan," tulisnya di situs Think Tank.

“Biden mungkin akhirnya menarik tirai intervensi militer AS di Timur Tengah yang lebih luas,” kata Harb.

Menyebut pidato Biden pasca-penarikan pasukan AS dari Afghanistan sebagai sebuah "kesadaran," Harb mengatakan "Doktrin Biden” akan menaburkan "kegentaran" di seluruh wilayah yang selama dua dekade tidak mengenal realitas lain selain intervensi AS itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com