KABUL, KOMPAS.com - Shafiqa Saeise tahu bahwa Taliban akan membunuhnya jika dia tetap tinggal di Afghanistan.
"Tak lama setelah Kabul jatuh ke tangan militan, tuan tanah saya menelepon saya dan mengatakan ada orang di luar rumah mencari saya," katanya kepada New York Post.
Keluarganya pun memperingatkannya untuk tidak keluar.
Baca juga: Hanya Dibantu Awak Pesawat Evakuasi, Pengungsi Afghanistan Lahirkan Bayi di Ketinggian 30.000 Kaki
Meskipun dia baru berusia 26 tahun, Saeise punya alasan untuk takut.
Sebagai jaksa di ibu kota, dia telah menyingkirkan pembunuh, pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan pejabat publik yang korup.
Di tengah kekacauan keberangkatan AS, banyak dari mereka kembali turun ke jalan.
Saeise, lulusan perguruan tinggi wanita Gawhar Shad di Kabul, memiliki sedikit ingatan tentang pemerintahan Taliban dan telah dewasa dalam Republik Islam Afghanistan yang didukung AS.
Dia telah berulang kali dihormati oleh negara untuk pekerjaannya dan sempat dipuji pujian mantan Presiden Ashraf Ghani.
Sebelum bekerja sebagai jaksa, dia sebelumnya aktif di Komisi Hak Asasi Manusia Independen Afghanistan.
Baca juga: Taliban Siapkan Kabinet Baru Jelang Berakhirnya Evakuasi di Afghanistan
Sekarang, bagaimanapun, bahkan Dalam skenario kasus terbaik, katanya, tidak ada kemungkinan dia akan mempertahankan pekerjaannya atau menyelesaikan gelar masternya di ibukota Afghanistan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.