KABUL, KOMPAS.com – Taliban tengah menyiapkan kabinet baru menjelang berakhirnya proses evakuasi di Afghanistan yang jatuh tempo pada Selasa (31/8/2021).
Kelompok tersebut menambahkan, mata uang Afghanistan yang terus merosot dan gejolak ekonomi sejak dua pekan lalu bakal mereda.
Di sisi lain, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada Reuters bahwa dia mengutuk serangan drone AS terhadap ISIS di Afghanistan.
Baca juga: Taliban Perintahkan Warga Kabul untuk Serahkan Senjata, Amunisi, dan Properti Negara
Serangan itu dilancarkan AS sebagai pembalasan atas bom bunuh diri yang mematikan di dekat bandara Kabul pada Kamis (26/8/2021).
Mujahid mengutuk serangan AS tersebut sebagai serangan yang jelas di wilayah Afghanistan.
Kendati demikian, dia mengimbau AS dan negara-negara Barat lainnya untuk mempertahankan hubungan diplomatiknya setelah menyelesaikan penarikan dan evakuasi dari Afghanistan.
Meski begitu, kapan pastinya pembentukan kabinet baru di Afghanistan setelah kelompok tersebut menduduki Kabul masih belum jelas.
Baca juga: Presiden Perancis Akui Negaranya Berdiskusi dengan Taliban, Ini yang Dibahas
Awalnya, Reuters mengutip Mujahid yang mengatakan pengumuman susunan kabinet yang dibentuk bakal disampaikan pekan depan.
Tetapi dalam pesan suara terbaru, dia mengatakan susunan kabinet baru akan dibentuk dalam satu atau dua pekan kemudian.
Saat ditanya apakah ada perempuan yang akan dimasukkan dalam kabinet baru, Mujahid menjawab bahwa keputusan itu berada pada level tertinggi.
Sejak Taliban menduduki Kabul pada 15 Agustus, mata uang Afghanistan, afghani, merosot dan bank-bank di seluruh Afghanistan tutup.
Baca juga: AS Hancurkan Pangkalan CIA di Luar Bandara Kabul, Jauhkan Informasi Sensitif dari Taliban
Namun baru-baru ini, Taliban memerintahkan bank-bank tersebut dibuka kembali tetapi dengan batas penarikan uang sekitar 20.000 afghani setiap pekan.
Mujahid mengatakan, para pejabat telah ditunjuk untuk menjalankan lembaga-lembaga utama seperti di sektor kesehatan, pendidikan, dan bank sentral.
Sementara itu, sejumlah pejabat PBB memperingatkan bahwa Afghanistan menghadapi bencana kemanusiaan karena sebagian besar negara itu menderita kondisi kekeringan yang ekstrem.
Mujahid mengatakan, masalah ekonomi yang dialami Afghanistan akan berkurang begitu pemerintahan baru terbentuk.
"Kejatuhan afghani terhadap mata uang asing bersifat sementara karena situasi yang tiba-tiba berubah, akan kembali normal begitu sistem pemerintahan mulai berfungsi," katanya.
Baca juga: Taliban Perintahkan Warga Kabul Serahkan Senjata dan Amunisi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.