Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran Rusia hingga China Setelah Kembalinya Taliban di Afghanistan

Kompas.com - 18/08/2021, 18:56 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNBC

Pergeseran kekuasaan telah membuat New Delhi berada dalam posisi "negara strategis yang sulit," menurut Kugelman dari Wilson Center kepada CNBC.

“Tidak hanya Taliban, yang secara tradisional merupakan kelompok anti-India, merebut kekuasaan, tetapi saingan India, China dan Pakistan sekarang siap untuk memperdalam jejak mereka di Afghanistan,” katanya.

Analis Eurasia Group menunjukkan bahwa India telah melakukan upaya untuk terlibat dengan Taliban. Tetapi, negara terbesar di Asia Selatan itu telah secara efektif menutup sebagian besar operasi diplomatiknya di Afghanistan.

"India sangat khawatir karena terakhir kali Taliban berkuasa, mereka melindungi gerilyawan pro-Pakistan," kata para analis.

New Delhi khawatir bahwa "Pakistan yang berani akan menggunakan ini sebagai kesempatan untuk menyerang India; hal itu akan meningkatkan potensi konflik India-Pakistan yang lebih luas."

Kementerian luar negeri India dalam sebuah pernyataan mengatakan menyarankan warga negara India di Afghanistan untuk segera kembali ke India.

Ia juga mengatakan Selasa (17/8/2021) bahwa duta besar untuk Kabul dan staf India-nya akan segera kembali ke India.

Baca juga: Taliban Kuasai Afghanistan, Trump: Biden Mempermalukan AS

China

Jika negara-negara seperti AS, Inggris dan India bergegas mengevakuasi diplomat dan warga negara dari Afghanistan, China memutuskan tetap membuka kedutaannya di Kabul.

Tapi, Beijing menyarankan warga China untuk tinggal di dalam rumah.

Juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying mengatakan Beijing mengharapkan transfer kekuasaan yang lancar, dan menyerukan agar kejahatan dan terorisme dibendung.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu dengan para pemimpin senior Taliban bulan lalu.

Kugelman mengatakan China akan berada dalam posisi yang kuat untuk mencari kerja sama Taliban untuk dua kepentingan utamanya di Afghanistan. Yaitu untuk lingkungan yang aman untuk proyek infrastruktur China, dan isolasi gerilyawan Uighur.

Beijing telah secara luas dituduh menahan lebih dari 1 juta Muslim Uighur di kamp-kamp pendidikan ulang di wilayah barat laut Xinjiang.

China diduga melakukan pengawasan invasif terhadap orang-orang di sana dan menggunakan kerja paksa. Beijing berulang kali membantah perlakuan buruk terhadap etnis minoritas dan menyebut upayanya di Xinjiang sebagai "kontra-terorisme dan deradikalisasi."

Tetapi beberapa analis menuduh perlakuan terhadap minoritas Muslim di China telah memperkuat tangan militan Uighur, yang memandang China sebagai penindas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com