Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakal Diselidiki soal Penyalahgunaan Jabatan, Presiden Brasil Klaim Negaranya Diserang

Kompas.com - 04/08/2021, 22:38 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

BRASILIA, KOMPAS.com - Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengecam otoritas pemilihan umum Brasil, karena memerintahkan penyelidikan atas kampanyenya menolak sistem pemilihan elektronik Brasil.

Pada Selasa (3/8/2021), Bolsonaro menyatakan menolak untuk "diintimidasi" dan bahwa Brasil "sedang diserang."

Baca juga: Foto Viral Pevoli Brasil Pakai Masker Saat Laga, Ada Alasan Menyentuh di Baliknya

Presiden sayap kanan, yang maju untuk pemilihan periode keduanya tahun depan, baru-baru ini meningkatkan kritik lama terhadap sistem pemungutan suara Brasil.

Dia mengklaim tanpa bukti bahwa sistem pemilihan itu penuh dengan penipuan, dan bersikeras tidak akan ada pemilihan pada 2022 jika tidak dirombak.

Pengadilan Tinggi Pemilihan Umum Brasil, pada Senin (2/8/2021), mengatakan akan menyelidiki presiden atas penyalahgunaan jabatan, penggunaan saluran komunikasi resmi yang tidak semestinya, korupsi, penipuan, dan potensi kejahatan lainnya dalam serangannya terhadap pemungutan suara elektronik.

“Saya menolak untuk diintimidasi,” Bolsonaro membalas.

"Saya akan terus menggunakan hak saya atas kebebasan berekspresi, mengkritik, mendengarkan, dan terutama jawaban atas kehendak rakyat," katanya kepada para pendukung di luar istana presiden melansir AFP.

"Saya bersumpah untuk memberikan hidup saya untuk bangsa jika terjadi serangan asing atau domestik. Brasil berada di bawah serangan internal."

Baca juga: Dianggap Tak Becus Tangani Covid-19, Presiden Brasil Didemo dan Dituntut Mundur

Bolsonaro telah lama mengkritik pemungutan suara elektronik, yang diperkenalkan di Brasil pada 1996.

Dia telah meningkatkan serangannya dalam persiapan pemilihan Oktober 2022. Dia bersikeras pada kertas suara yang "dapat dicetak dan dapat diaudit", untuk menghalangi sistem pemilihan elektronik.

Dia menyebut Presiden Pengadilan Tinggi Pemilihan, Luis Roberto Barroso, "bodoh" karena menilai surat suara fisik justru dapat membuka peluang untuk manipulasi.

Pada Minggu (1/8/2021), ribuan orang Brasil turun ke jalan di beberapa kota untuk mendukung kampanye Bolsonaro melawan pemungutan suara elektronik, meskipun presiden tidak ambil bagian.

Jajak pendapat menempatkan pemimpin berusia 66 tahun itu jauh di belakang mantan presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva dalam pemilihan presiden tahun depan.

Bolsonaro mendapat kecaman di berbagai bidang, termasuk penyelidikan Senat terhadap penanganan Covid-19 Brasil oleh pemerintahnya, yang dikritik secara luas.

Ada kekhawatiran dia bisa mencoba menggunakan klaim penipuan untuk merusak pemilihan jika dia kalah, mengikuti jejak mantan presiden AS Donald Trump, yang sering dibandingkan dengannya.

Baca juga: Presiden Brasil Bolsonaro 10 Hari Cegukan, Kirim Kondisinya Terkapar di Rumah Sakit

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com