Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Anak Pendiri Tapol Carmel Budiardjo: Dia Bukan Tipe Ibu Tradisional

Kompas.com - 11/07/2021, 14:22 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Diceritakan oleh Tari, penguasa di Indonesia ketika itu meminta pengacara Carmel, Sarah Lee, untuk memberikan jaminan agar kliennya tidak melakukan hal-hal yang membuat malu Indonesia. Pengacara tentu menolak permintaan itu.

Baca juga: Biografi Andrei Sakharov, Pembuat Bom Nuklir yang Beralih Jadi Aktivis HAM

Kemudian pada 1973, Carmel Budiardjo mendirikan Tapol di Inggris untuk menuntut pembebasan tahanan politik di Indonesia melalui buletin dan representasi ke berbagai forum internasional.

Sepak terjang Carmel dan Tapol membuat gerah pemerintahan Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto. Khayalak internasional mendengar kritik pedas dan berbagai informasi tentang dugaan pelanggaran manakala kebebasan di Indonesia dikekang dan LSM belum tumbuh.

Ketika diminta untuk merenungkan masa lalu, pada masa ibu mereka lebih sibuk mengurus persoalan politik dan HAM di Indonesia ketimbang mengurus keluarga, baik Tari maupun Anto mengaku tidak menyesal dan mendukung sepenuhnya ibu mereka.

"Ia selalu teguh, tipikal juru kampanye. Jika ia hendak mengambil arah tertentu, tak seorang pun bisa mengadangnya," ungkap Tari. "Jika ada hal-hal yang perlu dilakukan, ia akan melakukannya tanpa berpikir panjang."

Ketua Dewan Tapol, Steve Aliston, yang mengenal Carmel sejak awal tahun 1980-an, menuturkan bahwa perempuan itu selalu fokus pada pekerjaan. Namun demikian foto-foto keluarga menghiasi meja kerjanya.

Baca juga: Ditekan Kelompok HAM, Total Tetap Enggan Hentikan Produksi Gas di Myanmar

"Ia selalu amat antusias mengikuti perkembangan cucu-cucunya," kata Aliston.

Membandingkan Carmel dengan ibu sejumlah kawannya, Tari mengingat ibunya tidak suka berbelanja sama sekali melainkan tertarik dengan semua hal yang berbau intelektual.

"Saya dari dia belajar untuk berpikir agar bisa mandiri, untuk bekerja keras. Itu semuanya dari dia. Tapi saya tidak belajar memasak atau memakai make up dari dia," kata Tari sembari tertawa kecil.

Justru sang ayahlah yang lebih banyak meluangkan waktu untuk menghibur anak-anak, "seperti mengolok-olok kami, berkelakar, dan membawa kami jalan-jalan ke pantai."

Suwondo Budiardjo akhirnya meninggalkan Indonesia begitu dibebaskan dari penjara untuk bergabung dengan keluarganya di London.

Baca juga: AS, Uni Eropa, dan Inggris Jatuhkan Sanksi ke Pejabat China atas Pelanggaran HAM di Xinjiang

"Malangnya itu adalah periode menyedihkan baginya. Itu hampir seperti ia keluar dari satu penjara dan masuk ke penjara lain." Itulah yang diamati Anto.

Meskipun dikelilingi anak-anak serta cucu-cucu, menurut Anto, ayahnya itu tidak nyaman tinggal di negara beriklim dingin dan merasa tidak puas dengan kondisi yang ada.

Bagaimanapun, Anto mengaku darah ayahnya sebagai orang Indonesia lebih kental mengalir ke dirinya dibandingkan darah ibunya dan tempe adalah makanan favoritnya.

"Saya berhasil memperkenalkan makanan Indonesia dan juga mengajari mereka memasak. Salah satu dari mereka bisa memasak makanan Indonesia dengan baik," katanya .

"Sama dengan kedua anak saya, mereka juga memasak makanan Indonesia seperti gudeg dan sate," timpal Tari dalam wawancara dengan wartawan BBC News Indonesia, Rohmatin Bonasir.

"Walaupun ibu tidak bisa memasak, kami sebagai keluarga suka memasak dan kami semua suka makanan Indonesia."

Baca juga: Dekrit Vatikan Larang Serikat Sesama Jenis Tuai Kritik Aktivis HAM dan Komunitas Katolik Gay

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com