Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Baru Luar Angkasa Berada di Pundak Elon Musk, Bagaimana Bisa?

Kompas.com - 28/06/2021, 15:39 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber wikipedia

KOMPAS.com - Sejarah itu terjadi tepat pada 30 Mei 2020.

Dua astronot NASA meluncur ke stasiun ruang angkasa internasional (ISS), memakai kapsul Dragon yang diterbangkan roket Falcon 9.

Misi ini disebut sangat bersejarah. Untuk pertama kalinya, peluncuran astronot NASA dilakukan oleh perusahaan swasta.

Perusahaan itu bernama SpaceX. Dan pria yang bertanggungjawab di belakang kemudinya adalah Elon Musk.

Baca juga: Resmi, NASA Tunjuk SpaceX Kembangkan Wahana Pendarat di Bulan

Sekali lagi, hal ini terasa begitu penting karena Elon membuat perjalanan luar angkasa AS tampak "seksi" kembali.

Apalagi, NASA sudah berhenti meluncurkan astronot pasca-pesawat ulang-aliknya dipensiunkan pada 2011. Selama beberapa tahun terakhir pun, para astronot NASA yang pergi ke ISS selalu dikirim memakai roket Soyuz milik Rusia, tentunya dengan biaya yang tidak murah.

Peluncuran ini pun disebut sebagai era baru pesawat ulang-alik. Dan Elon, sekali lagi adalah pria yang punya peran penting di balik mesin, kemudi, dan perusahaan kebanggaan AS: SpaceX.

SpaceX, perusahaan yang didirikan pria berusia 50 tahun ini, adalah kepanjangan dari Space Exploration Technologies Corporation. SpaceX fokus menjadi perusahaan transportasi luar angkasa AS, sejak dibetuk Elon pada 2002.

Mereka mengembangkan sejumlah roket ikonik. Mulai dari roket Falcon 1, Falcon 9, dan Falcon Heavy.

Baca juga: Elon Musk, Sosok di Balik Kesuksesan Tesla dan SpaceX

Melansir laman resmi SpaceX, perusahaan ini mengembangkan roket Falcon untuk menjadi kendaraan peluncuran yang dapat dipakai berulang kali.

Sebelumnya, dalam misi penerbangan ke ruang angkasa AS, roket hanya bisa sekali pakai. Ini tentu saja buang-buang waktu dan biaya. Karena itulah, SpaceX dianggap jadi pionir roket ulang-aling tahan bakar yang bisa dipakai berulang kali, dan terbukti sukses dalam misi.

Bahkan, inovasi SpaceX memangkas biaya perjalanan ke luar angkasa hingga 100 kali lipat.

Dari kantor pusatnya di Hawthorne, California, SpaceX bekerja untuk memenuhi obsesi Elon, penggemar robot dan sci-fi yang ingin menggali lebih jauh apakah ada planet lain yang bisa dihuni dan memungkinkan manusia untuk tinggal.

Fasilitas pengembangan roket seluas 4 ribu hektar di McGregor, Texas, jadi saksinya. Berkali-kali SpaceX menjalankan misinya. Mulai dari peluncuran Falcon 1 pada 2008, hingga tiga kali misi Falcon 9 pada 2012, 2015 dan, 2019.

Baca juga: NASA Gandeng SpaceX untuk Kembali Mendaratkan Manusia di Bulan

Yang terbaru, SpaceX mengembangkan Falcon Heavy, roket operasional yang diklaim paling kuat di dunia.

Falcon Heavy mampu membawa muatan besar di orbit dan bisa dipakai untuk mendukung misi perjalanan ruang angkasa, entah itu ke Bulan atau Mars.

Pada 7 Februari 2018, roket ini melakukan peluncuran pertamanya ke orbit, dan berhasil mendaratkan dua dari tiga boosternya. Peluncuran muatan ke luar angkasa ini pun juga berjalan sangat mulus.

Kisah kesuksesan antariksa SpaceX, tentu tak bisa lepas dari obsesi dan kecintaan Elon pada teknologi--sesuatu yang akhirnya membuatnya bisa menaklukkan angkasa, seperti film-film robot favoritnya di waktu kecil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com