Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tahun Pemerintahan Narendra Modi di Tengah Covid-19

Kompas.com - 22/06/2021, 14:57 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC,The Hindu

NEW DELHI, KOMPAS.com - Narendra Modi telah mencapai 7 tahun usia jabatannya sebagai perdana menteri India sejak 2014, di tengah pandemi Covid-19 yang telah banyak menewaskan rakyatnya.

Modi memimpin panggung politik India dengan janji lebih banyak bekerja, kemakmuran, dan birokrasi lebih sederhana.

Namun, catatan pemerintahannya dalam 7 tahun disebut telah terbukti lesu dengan petumbuhan ekonomi jatuh dari biasanya 7-8 persen menjadi 3,1 persen pada kuartal IV 2019-2020.

Baca juga: India Ingin Berdialog dengan Taliban, Apa Tujuannya?

Sementara, lebih dari 25 juta orang kehilangan pekerjaan sejak awal 2021. Lebih dari 75 juta orang India telah jatuh kembali ke dalam kemiskinan, termasuk sepertiga dari 100 juta kelas menengah India, menurut perkiraan oleh Pew Research.

Adanya pandemi Covid-19 lebih menghancurkan kinerja Modi yang disebut sudah di bawah standar, seperti yang dilansir dari BBC pada Selasa (22/6/2021). 

Mengacu pada data Worldometers pada Selasa (22/6/2021), total kasus Covid-19 India telah mencapai 29 juta dan 389.302 kematian sejak awal pandemi di mulai.

Melansir The Hindu pada Kamis (27/5/2021) ilmuwan politik Ashwani Kumar dari Tata Institute of Social Sciences, mengatakan pandemi Covid-19 di India, seperti "tsunami" yang mengganggu pemerintahan dan kehidupan yang ada, yang berpusat pada sumber daya kesehatan.

Baca juga: Minta Covid-19 Cepat Berakhir, Warga di India Berdoa kepada Dewi Corona

Pengeluaran perawatan kesehatan suram

Ekonom Reetika Khera mengatakan bahwa seperti pemerintahan sebelumnya, Modi juga termasuk pemimpin yang mengabaikan perawatan kesehatan.

"India memiliki tingkat pengeluaran publik terendah untuk perawatan kesehatan di dunia," kata ekonom Reetika Khera, seperti yang dikutip dari BBC pada Selasa (22/6/2021).

Para ahli mengatakan penekanannya adalah pada perawatan tersier dengan mengorbankan perawatan preventif atau primer.

"Ini mendorong kita menuju sistem kesehatan gaya AS yang mahal dan memiliki hasil kesehatan yang lebih buruk," tambah Ms Khera.

Baca juga: VIDEO: Macet Panjang di India Usai Negara Bagian Cabut Syarat Wajib Tes PCR

Skema asuransi kesehatan ambisius Modi, yang diluncurkan pada 2018, tampaknya kurang berjalan bahkan selama Covid-19.

"Itu sudah lama ditunggu, tetapi perlu lebih banyak sumber daya yang masuk," kata pakar kesehatan masyarakat Dr Srinath Reddy.

India perlu belajar dari pandemi Covid-19 sebagai peringatan untuk berinvestasi besar-besaran dalam memperkuat layanan kesehatan primer, tambahnya.

Ilmuwan politik Ashwani Kumar dari Tata Institute of Social Sciences mengatakan sebelumnya pada Mei bahwa masa depan pemerintahan partai BJP yang dipimpin Narendra Modi bergantung pada seberapa cepat dan efektifnya menangani masalah vaksinasi Covid-19 massal, khususnya dari bagian masyarakat yang terpinggirkan dan lebih miskin.

“Meskipun saya ragu untuk memprediksi. Pandemi telah mengancam kampanye BJP dari gerakan ideologis, lalu partai dan sekarang pemerintah," katanya, berbicara kepada The Hindu.

Baca juga: India Laporkan Angka Kematian Harian Covid-19 Tertinggi Dunia, 6.148 Kasus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com