Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintahan Baru Israel Masih Rapuh, Palestina Bisa Kena Dampak

Kompas.com - 15/06/2021, 08:07 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

TEL AVIV, KOMPAS.com - Para analis yang diwawancarai AFP pada Senin (14/6/2021) mengatakan, aliansi pemerintahan baru Israel yang rapuh dapat berdampak ke konflik dengan Palestina.

Mereka memprediksi, koalisi yang ditujukan bertahan hingga 2025 itu dapat cepat kolaps akibat isu-isu yang memecah belah seperti konflik Israel-Palestina.

Belum lagi ancaman dari perdana menteri Israel sebelumnya, Benjamin Netanyahu, yang walau sudah lengser akan siap memanfaatkan celah kesalahan sekecil apa pun untuk kembali berkuasa.

Baca juga: Netanyahu Lengser dari PM Israel, Palestina: Periode Terburuk Berakhir

Netanyahu adalah PM Israel terlama. Dia digulingkan pada Minggu (13/6/2021) setelah koalisi oposisi menang tipis dengan selisih satu suara di Knesset atau Parlemen Israel

Meski ribuan orang Israel merayakan kelengserannya hari itu, banyak yang ragu dengan umur panjang pemerintahan yang terdiri dari delapan partai mewakili sayap kiri, kanan, dan tengah, serta partai konservatif Islam Arab.

Jajak pendapat dari televisi Channel 12 mengungkap, 43 persen orang Israel memprediksi koalisi baru ini cepat pecah, 30 persen berpikir akan bertahan lama, dan hanya 11 persen yang berharap bisa bertahan empat tahun sesuai mandat.

Untuk bisa bertahan, pemerintah yang dipimpin PM Naftali Bennett dengan basis parlemen terlemah untuk seorang perdana menteri dalam sejarah Israel, harus fokus pada pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan menghindari isu-isu yang memecah belah, kata para analis .

Naftali Bennet di Knesset, Yerusalem (13/6/2021).AFP PHOTO/EMMANUEL DUNAND Naftali Bennet di Knesset, Yerusalem (13/6/2021).
Perdana Menteri Naftali Bennett yang merupakan jutawan teknologi pada Minggu berkata, dia bertujuan mendapatkan 15 persen tenaga kerja Israel di sektor teknologi tinggi dalam waktu empat tahun, naik dari 10 persen saat ini.

"Masalah pertama tentu saja adalah (mengeluarkan) anggaran," kata analis Dahlia Scheindlin, seraya menambahkan bahwa itu adalah "sesuatu yang tidak dapat dilakukan Israel... selama dua tahun terakhir."

Tapi "tidak banyak penolakan mengenai isu-isu seperti bagaimana menghidupkan kembali ekonomi dan kesehatan serta (lingkungan)", terangnya kepada AFP.

Pemerintah Bennett, menurutnya, akan fokus pada isu-isu seperti itu dan mencoba mengesampingkan isu-isu yang lebih kontroversial seperti konflik Israel-Palestina.

Baca juga: Pemerintahan Baru Israel Dikhawatirkan Bisa Lebih Keras ke Palestina


Bagaimana nasib Palestina?

Namun Pemerintah Israel juga bisa cepat terjebak dalam isu-isu sensitif seperti permukiman di Tepi Barat yang diduduki atau situasi di Jalur Gaza, kata Guy Ben-Porat profesor ilmu politik di Universitas Ben-Gurion.

Itu belum termasuk perhitungan gencatan senjata yang disepakati bulan lalu dengan Hamas setelah konflik 11 hari di Gaza dan Israel.

"Pertanyaan tentang Palestina pasti akan mengganggu pemerintah ini," kata Ben-Porat.

"Mereka akan melakukan yang terbaik yang mereka bisa untuk menyingkirkan pertanyaan itu... Saya tidak berpikir itu akan berhasil untuk jangka panjang dan sebenarnya bisa muncul di hadapan pemerintah ini segera."

Ia memperingatkan, setiap upaya untuk menangani masalah seperti itu dapat menyebabkan kolapsnya pemerintah.

Orang-orang berjalan di dekat puing-puing gedung al-Jalaa menyusul gencatan senjata yang dicapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, di Kota Gaza, Jumat, 21 Mei 2021.AP PHOTO/JOHM MINCHILLO Orang-orang berjalan di dekat puing-puing gedung al-Jalaa menyusul gencatan senjata yang dicapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, di Kota Gaza, Jumat, 21 Mei 2021.
Kemudian Saleh Al Naami spesialis urusan Israel di Universitas Islam Gaza berpendapat, perdana menteri baru Israel harus tetap sejalan dengan pengamanan dalam rekonstruksi Gaza dan pertukaran tahanan.

"Tidak akan ada perubahan mendasar, tetapi Bennett mungkin mencoba memperbaiki situasi ekonomi di Gaza dengan cara yang terbatas," kata Naami, sekaligus menekankan pemerintah juga harus menghadapi tekanan dari Amerika Serikat.

Tantangan mendapat kepercayaan Biden

Salah satu tantangan terbesar dari pemerintahan baru Israel adalah mendapatkan kepercayaan dari partai Demokrat dan pemerintahan Joe Biden, kata Gayil Talshir profesor ilmu politik di Universitas Ibrani Yerusalem.

Untuk melakukannya, Bennett sebagai pengganti Benjamin Netanyahu harus lebih canggih bermain dengan pemerintahan Biden tentang Iran dan masalah Israel-Palestina, katanya.

"Pemerintahan ini harus menahan diri untuk tidak mengejutkan Pemerintah AS tentang manuver di Tepi Barat, permukiman, dan sebagainya," kata Yohanan Plesner, presiden lembaga konsultan Institut Demokrasi Israel.

Baca juga: Ada Partai Arab Bersatu di Balik Jatuhnya PM Israel Netanyahu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com