Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ali Akbar Mohtashamipour, Pendiri Hezbollah dan Sosoknya di Mata Petinggi Iran

Kompas.com - 08/06/2021, 18:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

TEHERAN, KOMPAS.com - Ali Akbar Mohtashamipour, Ulama Iran yang membantu pembentukan Hezbollah dikabarkan meninggal karena Covid-19 dalam usia 74 tahun pada Senin (7/6/2021).

Mohtashamipour meninggal di sebuah rumah sakit di Teheran utara setelah tertular virus corona, menurut laporan kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran.

Baca juga: Pendiri Hezbollah Meninggal karena Covid-19

Melansir Al Jazeera, Mohtashamipour adalah seorang cendekiawan Muslim Syiah yang membantu pembentukan kelompok bersenjata Lebanon Hezbollah.

Sebagai sekutu dekat mendiang Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini, Mohtashamipour membentuk aliansi dengan kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah pada 1970-an.

Setelah revolusi Islam, dia membantu mendirikan Iran’s Revolutionary Guard Corps (IRGC) atau Pasukan Garda Revolusi Iran.

Ketika menjabat sebagai duta besar Iran untuk Suriah, Mohtashamipour membawa pasukan ke wilayah tersebut untuk membantu membentuk Hezbollah.

Baca juga: Hamas dan Israel Gencatan Senjata, Hezbollah Ikut Merayakan

Keterlibatan di Hezbollah

Lahir di Teheran pada 1947, Mohtashamipour bertemu Khomeini ketika cendekiawan Muslim itu berada di pengasingan di Najaf, setelah diusir dari Iran oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi.

Ulama yang kerap mengenakan sorban hitam ini, mengidentifikasi dirinya dalam tradisi Syiah sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad.

Pada 1970-an, dia melintasi Timur Tengah berbicara kepada kelompok-kelompok bersenjata, membantu membentuk aliansi antara Republik Islam Iran masa depan, dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) saat memerangi Israel.

Setelah ditangkap oleh Irak, Mohtashamipour menemukan jalannya ke kediaman Khomeini di pengasingan di luar Paris. Mereka kembali, ke Iran di tengah Revolusi Islam 1979.

Pada 1982, Khomeini mengerahkan Mohtashamipour ke Suriah, yang saat itu berada di bawah pemerintahan orang kuat Hafez al-Assad.

Meski berpura-pura sebagai diplomat, Mohtashamipour mengawasi jutaan dollar yang mengalir untuk mendanai operasi IRGC di wilayah tersebut.

Lebanon, yang saat itu didominasi oleh Suriah, yang mengerahkan puluhan ribu tentara di sana, diserang oleh Israel pada 1982 ketika Israel mengejar PLO di wilayahnya.

Dukungan Iran mengalir ke komunitas Syiah yang diduduki oleh Israel, dukungan ini membantu menciptakan kelompok baru yang disebut Hezbollah.

Baca juga: Israel Luncurkan Serangan Artileri ke Lebanon untuk Balas Hezbollah Pendukung Palestina

AS menyalahkan Hezbollah atas pengeboman kedutaan AS di Beirut (1983), yang menewaskan 63 orang. Selain itu juga pengeboman barak Marinir AS di ibu kota Lebanon, yang menewaskan 241 tentara AS. Serta serangan lain, yang menewaskan 58 pasukan terjun payung Perancis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com