Juru bicara kepolisian setempat melaporkan dalam serangan Jumat (28/5/2021), pria itu terlihat “menebas petugas wanita itu beberapa kali dengan pisau di dalam markas polisi.”
“Pria itu kemudian meraih pistol petugas dan melarikan diri dari tempat kejadian,” kata juru bicara itu.
240 petugas, termasuk anggota unit respons bersenjata elite GIGN, telah dikerahkan untuk mencari penyerang.
Penduduk setempat telah diberitahu untuk tidak meninggalkan rumah mereka. Sementara pelajar telah diinstruksikan tidak boleh keluar dari gedung sekolah.
Petugas yang terluka, yang belum disebutkan namanya. Dia dilarikan ke rumah sakit dengan “cedera paha yang sangat serius yang bisa mengancam nyawa,” kata sumber itu.
Saksi mata mengatakan mereka melihat penyerang masuk ke dalam VW Golf setelah serangan itu. Tetapi kemudian pelaku menabrakkan mobilnya, keluar, dan melarikan diri dengan berlari.
"Dia mengacungkan pistol yang diambil dari petugas polisi yang ditusuknya," ujar juru bicara balai kota.
Petugas GIGN bersenjata berat memimpin perburuan, bersama dengan polisi. Sebuah helikopter juga dikerahkan dalam operasi tersebut.
“Saya menolak menerima ini kehidupan kita sehari-hari. Kita akhirnya harus melawan barbarisme ini dan tidak pernah, sama sekali tidak pernah terbiasa dengannya,” kicau Pemimpin sayap kanan Perancis Marine Le Pen di Twitter-nya setelah serangan itu.
Baca juga: Dituding Kompromi dengan Ekstremis, Presiden Macron dapat Peringatan dari Militer Perancis
Insiden itu terjadi setelah serangkaian serangan teror Perancis, seperti di Rambouillet bulan lalu. Ketika itu seorang imigran berusia 36 tahun dari Tunisia, menikam seorang polisi wanita hingga tewas dan kemudian ditembak mati oleh polisi.
Serangan lain termasuk pemenggalan kepala guru sekolah Samuel Paty oleh teroris kelahiran Rusia pada Oktober tahun lalu.
Serangan teroris paling mematikan yang pernah ada di negara itu terjadi pada November 2015 ketika 130 orang tewas di Paris. Para pelaku bom bunuh diri yang berjanji setia kepada ISIS menargetkan Stade de France, kafe, restoran, dan tempat musik Bataclan, di mana 90 orang tewas.
Awal tahun ini, dua pria bersenjata kelahiran Paris yang terkait dengan Al-Qaeda masuk ke kantor majalah satir Charlie Hebdo, dan menyebabkan 12 tewas dan 11 luka-luka.
Pada Juli 2016, 86 orang tewas dan lebih dari 400 lainnya terluka. Itu terjadi setelah sebuah truk seberat 19 ton dengan sengaja didorong ke kerumunan di kawasan pejalan kaki pinggir laut di Nice, Perancis Selatan.
Teroris dalam kejadian 2016 tersebut ternyata adalah seorang imigran Tunisia yang teradikalisasi. Polisi Perancis juga menembak mati tersangka.
Pada bulan yang sama, dua teroris ISIS membunuh seorang pastor Katolik berusia 86 tahun dalam kebaktian gereja di Normandia.
Sementara itu serangan serangan pisau terhadap penegak hukum dan ketertiban telah sering terjadi, hingga menyebabkan kematian petugas kepolisian.
Pada Oktober 2019, seorang operator komputer radikal yang bekerja di Prefektur Paris di pusat kota Paris menikam empat rekannya hingga tewas.
Penyerang, yang juga ditembak mati, ternyata adalah seorang mualaf yang menyimpan literatur dan gambar Al-Qaeda dan ISIS di komputernya.
Baca juga: Para Jenderal Perancis Keluarkan Seruan Hasutan Kudeta Militer, Macron Ancam Beri Hukuman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.