WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Negosiator perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China telah mengadakan pembicaraan yang "jujur, pragmatis" dalam pertemuan pertama mereka di bawah pemerintahan Joe Biden.
Perwakilan Perdagangan AS Katherine Tai dan Wakil Perdana Menter China Liu He mengadakan apertemuan virtual pada Kamis (27/5/2021).
Melansir BBC pada Kamis (27/5/2021), keduanya mengatakan mereka mendiskusikan kepentingan hubungan perdagangan AS-China.
Baca juga: Israel dan Korea Selatan Bakal Jalin Perdagangan Bebas
Pembicaraan itu berlangsung setelah sikap agresif pemerintahan Trump terhadap China dan mengakibatkan perang dagang.
Kantor Perwakilan Perdagangan AS mengatakan bahwa Katherine Tai dan Liu "mendiskusikan prinsip-prinsip panduan dari kebijakan perdagangan Pemerintahan Biden-Harris, mengkaji hubungan perdagangan AS-China yang sedang berjalan, sementara juga mengangkat masalah yang mengkhawatirkan".
Kedua belah pihak mengatakan mereka telah setuju untuk melanjutkan negosiasi mereka.
Kementerian Perdagangan China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua belah pihak mengadakan "pertukaran yang jujur, pragmatis, dan konstruktif dengan sikap kesetaraan dan saling menghormati", menurut sebuah laporan oleh outlet media pemerintah Global Times.
Kementerian Perdagangan China menambahkan bahwa kedua belah pihak melihat "perkembangan perdagangan bilateral (sebagai) sangat penting."
Katherine Tai sebelum pembicaraan dimulai mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa AS masih menghadapi "tantangan yang sangat besar" dalam hubungan perdagangannya dengan China.
Perang perdagangan yang pahit di bawah mantan Presiden Donald Trump melihat tarif diberlakukan pada berbagai barang yang diperdagangkan antara AS dan China.
Dua negara dengan ekonomi terbesar duniaa menandatangani apa yang disebut perjanjian "fase 1" pada Januari 2020.
Baca juga: Inspirasi Energi: Manfaat Terusan Suez Bagi Perdagangan Minyak Dunia
Dalam pakta itu, Beijing berjanji untuk meningkatkan pembelian produk dan layanan AS setidaknya 200 miliar dollar AS (Rp 2,8 kuadriliun) selama 2020 dan 2021.
Katherine Tai mengatakan bahwa ia sekarang sedang melihat persyaratan kesepakatan telah dipenuhi oleh Beijing, karena beberapa ahli telah menyarankan bahwa China telah jatuh hingga 40 persen dalam kesepakatannya untuk membeli barang-barang Amerika.
Sejauh ini, Presiden AS Joe Biden belum menarik kembali pesan perdagangan keras pendahulunya Trump terhadap Beijing.
Baca juga: Terusan Suez Macet, Kapal Kontainer Besar Sumbat Jalur Perdagangan Internasional
Presiden Biden bersikeras bahwa tarif yang ada akan dipertahankan untuk saat ini karena ia berupaya untuk meningkatkan ekonomi AS, yang terpukul keras pada awal pandemi virus corona, tetapi sekarang mulai pulih.
Beijing juga mempertahankan bea atas beberapa impor dari Amerika.
China adalah satu-satunya ekonomi besar yang melihat perdagangan globalnya tumbuh tahun lalu, karena menjadi negara besar pertama yang keluar dari pandemi Covid-19.
Penjualan barang-barang buatan China telah melonjak di seluruh dunia, karena permintaan dari AS melonjak dan krisis Covid-19 di India menghentikan sebagian besar produksi pabriknya.
Baca juga: Usai Kunjungan Irak, Paus Fransiskus Pertanyakan Soal Perdagangan Senjata
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.