Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Kunjungan Irak, Paus Fransiskus Pertanyakan Soal Perdagangan Senjata

Kompas.com - 11/03/2021, 13:36 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

VATICAN CITY, KOMPAS.com - Paus Fransiskus mengutuk produsen senjata dan penyelundup karena menjual senjata kepada teroris.

Pemimpin Gereja Katolik Roma memberikan komentar itu pada Rabu (10/3/2021), hanya selang beberapa hari usai kunjungannya baru-baru ini ke Irak.

Meski banyak mendapat peringatan sebelum kunjungannya ke Irak, Dia mengaku bersyukur tetap bisa menjalankan kunjungan yang luput dari perhatian para pendahulunya.

Paus ke-266 itu menggambarkan perjalanan itu sebagai "tanda harapan setelah bertahun-tahun perang, terorisme, dan selama pandemi yang parah" bagi umat Kristen dan Muslim.

"Rakyat Irak memiliki hak untuk hidup damai, mereka memiliki hak untuk menemukan kembali martabatnya," katanya dalam audiensi mingguan Vatikan, yang diadakan secara online karena Covid-19.

Baca juga: Paus Fransiskus Mengaku Dapat Wahyu Sebelum Berangkat ke Irak

Setelah 18 tahun invasi AS ke Irak, negara Timur Tengah itu masih mengalami salah urus yang kronis diperparah dengan korupsi.

Sementara tingkat kekerasannya stabil tinggi, akibat insiden yang sering dikaitkan dengan persaingan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) di wilayah itu.

Pada Minggu (7/3/2021), Paus yang berusia 84 tahun melihat reruntuhan rumah dan gereja di utara kota Mosul yang diduduki oleh ISIS dari 2014 hingga 2017.

"Dan saya bertanya pada diri saya sendiri (selama perjalanan), siapa yang menjual senjata kepada teroris?, siapa yang menjual senjata kepada teroris hari ini yang sedang melakukan pembantaian di tempat lain, misalnya di Afrika?," katanya dalam pertemuan itu.

"Ini adalah pertanyaan yang saya ingin seseorang menjawabnya."

Sebelumnya, Paus Fransiskus pernah berkata bahwa produsen senjata dan pedagang manusia harus bertanggung jawab kepada Tuhan suatu hari nanti.

Menurutnya, dia merasa terdorong untuk melakukan kunjungan ke Irak. Vatikan memberlakukan keamanan paling ketat yang pernah ada untuk perjalanan kepausan ini.

Baca juga: Gelar Misa Terakhir di Irak Sebelum Pulang, Ini Ucapan Paus Fransiskus

Paus menggambarkan pertemuannya dengan Ayatollah Ali al-Sistani pada Sabtu di kota suci Najaf, sebagai pengalaman yang "tak terlupakan".

Bersama salah satu tokoh paling berpengaruh dalam Islam Syiah, baik di Irak maupun di luar tersebut, Paus menyerukan persaudaraan di seluruh dunia.

Komunitas Kristen Irak, salah satu yang tertua di dunia. Jumlahnya turun menjadi sekitar 300.000 dari sekitar 1,5 juta sebelum invasi AS dan kekerasan militan Islam yang mengikutinya.

Beberapa jam setelah paus pergi pada Senin (8/3/2021), Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mendesak kelompok politik yang bersaing menggunakan dialog untuk menyelesaikan perbedaan mereka. Langkah itu menurutnya akan mencerminkan "cinta dan toleransi" yang ditunjukkan oleh Paus.

Banyak orang di Irak berharap, kunjungan kepausan akan mendapatkan lebih banyak dukungan internasional bagi pemerintah Kadhimi.

Kadhimi sejak menjabat pada Mei 2020 telah berusaha dikendalikan dan mengekang kelompok milisi yang didukung Iran. Dengan ini, pertemuan tersebut diharap krisis sensitif dapat segera di tangani.

Baca juga: Dalam Pertemuan dengan Paus Fransiskus, Ulama Terkemuka Syiah Irak Dukung Kristen dan Muslim Hidup Damai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com