Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Blood Moon: Mitos Gerhana Bulan dari Seluruh Dunia

Kompas.com - 26/05/2021, 20:19 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Dewa kembar, matahari dan bulan, segera memenggal kepala Rahu. Tetapi karena telah mengonsumsi obat mujarab, kepala Rahu tetap abadi.

Untuk membalas dendam, kepala Rahu mengejar matahari dan bulan untuk melahap mereka.

Jika dia menangkap mereka, kita mengalami gerhana (Rahu menelan bulan), yang kemudian akan muncul kembali dari lehernya yang terpenggal.

Masyarakat India

Bagi banyak orang di India, gerhana bulan membawa nasib buruk. Makanan dan air ditutup dan ritual pembersihan dilakukan.

Wanita hamil juga disarankan tidak makan atau melakukan pekerjaan rumah tangga, untuk melindungi janin mereka.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by ABC News (@abcnews)

Suku Asli Amerika

Tapi tidak semua mitos gerhana diliputi oleh kejahatan seperti itu. Suku Asli Amerika Hupa dan Luiseno dari California percaya bahwa “blood moon” menandakan bulan sedang terluka atau sakit.

Setelah gerhana, bulan membutuhkan penyembuhan. Maka suku Luiseno, misalnya, akan menyanyikan lagu-lagu penyembuhan saat bulan mulai meredup.

Baca juga: Gerhana Matahari Cincin 21 Juni, Begini Penampakannya di Negara-negara Lain

Suku di Afrika

Kisah yang lebih menggembirakan adalah legenda orang Batammaliba di Togo dan Benin di Afrika.

Secara tradisional, mereka memandang gerhana bulan sebagai konflik antara matahari dan bulan. Masyarakat dipercaya memiliki kemampuan untuk “mendorong keduanya untuk berbaikan.”

Oleh karena itu, periode ini harus digunakan masyarakat di bumi untuk menyelesaikan perseteruan lama antar-sesamanya. Praktik ini masih ada hingga hari ini.

Ajaran Islam

Dalam Islam, gerhana cenderung diartikan tanpa tahyul. Islam melihat fenomena matahari dan bulan ini melambangkan rasa hormat yang dalam kepada Tuhan.

Jadi selama gerhana, doa-doa khusus diucapkan termasuk salat-al-khusuf, "doa di saat gerhana bulan". Keduanya meminta ampunan Tuhan, dan menegaskan kembali keagungan Tuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com