Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Jong Un Larang Jins Ketat karena Khawatir Bakal Mengganggu Rezimnya

Kompas.com - 18/05/2021, 07:11 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

PYONGYANG, KOMPAS.com - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan melarang pemakaian jins ketat untuk mempertahankan rezimnya.

Pelarangan itu terjadi setela dia khawatir pengaruh kultur Barat akan mendorong generasi muda melawannya.

Dalam klaim Pyongyang, jins ketat maupun robek, gaya rambut mewah, dipandang sebagai "invasi gaya hidup kapitalis".

Baca juga: Kirim Selebaran Anti Kim Jong Un dengan Balon, Pembelot Korut Terancam Denda Ratusan Juta

Kim Jong Un, yang diduga takut dilengserkan, menyatakan mereka yang mengenakan pakaian aneh harus dikirim ke kamp kerja paksa.

Larangan itu tertuang dalam Rodong Sinmun, harian resmi Partai Buruh Korea, yang menyatakan keberadaan fesyen aneh "bakal meruntuhkan negara".

"Sejarah mengajarkan pelajaran krusial bahwa negara akan menjadi rapuh, meski ekonomi dan pertahanannya kuat, jika tak memelihara fesyen sendiri," ulas harian itu.

Koran tersebut mengeklaim, Korea Utara harus waspada terhadap segala serangan kapitalis dan berjuang mengenyahkannya.

Selain itu seperti diberitakan Yonhap, Pyongyang bakal menghukum warganya yang kedapatan punya video produksi Korea Selatan.

Dilansir Daily Mirror Senin (17/5/2021), rambut diwarnai dan keberadaan anting-anting juga dilarang keras.

Sumber negara penganut ideologi Juche itu mengungkapkan, gaya rambut "non-sosialis" tidak akan diterima di sana.

Lebih lanjut, Korea Utara membuat kejutan dengan mengumumkan mundur dari Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Saat ini, mereka berada di peringkat keempat Grup H berisikan Korea Selatan, Lebanon, Turkmenistan, dan Sri Lanka, memenangkan dua dari lima laga.

Mereka dijadwalkan melawan Sri Lanka di Stadion Goyang, Korea Selatan. Banyak laga harus digelar tersentralisasi karena virus corona.

Badan Sepak Bola Asia (AFC) mengumumkan keputusan Pyongyang, sembari menyatakan bakal menginvestigasi masalah tersebut.

Baca juga: Kim Jong Un Eksekusi Pejabat Korea Utara yang Beli Alat Medis Murah dari China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com