Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/05/2021, 22:16 WIB

GAZA, KOMPAS.com - Mengapa Gaza, salah satu tempat dengan populasi terpadat di dunia, tampak kabur di peta Google?

Masalah itu sedang disoroti oleh para peneliti yang menggunakan informasi sumber terbuka alias open-source dan informasi yang tersedia untuk umum - termasuk data pemetaan - untuk menentukan lokasi serangan dan mendokumentasikan kehancuran di wilayah tersebut.

"Fakta bahwa kami tidak mendapatkan citra satelit resolusi tinggi dari wilayah Israel dan Palestina menghambat kerja kami," kata Samir, seorang investigator open-source.

Baca juga: Mengapa Israel Menyerang Palestina?

Bahkan, sebagian besar wilayah Israel dan Palestina tampak di Google Earth sebagai citra satelit beresolusi rendah, meskipun citra dengan kualitas lebih tinggi tersedia dari perusahaan-perusahaan satelit.

Sangat sulit melihat mobil-mobil di Kota Gaza.

Bandingkan dengan citra satelit Pyongyang, ibu kota Korea Utara, di mana mobil-mobil di jalanannya tampak jelas dan setiap individu manusia dapat dibedakan dari yang lainnya.

Kiri: Citra terbaru menara Hanadi di Gaza dari Google Earth, kanan: citra satelit resolusi tinggi menunjukkan menara tersebut telah hancur.GOOGLE & MAXAR via BBC INDONESIA Kiri: Citra terbaru menara Hanadi di Gaza dari Google Earth, kanan: citra satelit resolusi tinggi menunjukkan menara tersebut telah hancur.
Mengapa citra satelit begitu penting?

Citra satelit menjadi elemen penting dalam pelaporan suatu konflik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada saat konfrontasi terbaru di Timur Tengah ini pecah, para penyidik independen berusaha mengonfirmasi lokasi tembakan rudal dan bangunan yang menjadi sasaran di Gaza dan Israel dengan menggunakan satelit.

Namun, di Google Earth, platform penginderaan jauh yang paling banyak digunakan, citra terbaru untuk Gaza memiliki resolusi yang rendah dan karenanya tampak kabur.

"Citra paling baru di Google Earth berasal dari tahun 2016 dan kelihatan jelek sekali. Saya memperbesar citra beberapa daerah pedesaan di Suriah yang dipilih secara acak, dan sudah ada lebih dari 20 citra yang diambil sejak saat itu, dalam resolusi yang sangat tinggi," kata Aric Toler, seorang jurnalis dari kolektif jurnalis investigatif Bellingcat, dalam sebuah twit.

Halaman:
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Kereta di Odisha India, Korban Tewas Naik Lagi Jadi 288 Orang

Kronologi Kecelakaan Kereta di Odisha India, Korban Tewas Naik Lagi Jadi 288 Orang

Global
AS Dituding Retas Ribuan iPhone di Rusia

AS Dituding Retas Ribuan iPhone di Rusia

Global
Layanan Sewa Mobil Tanpa Sopir Mulai Tersedia di Inggris, Ini Cara Kerjanya

Layanan Sewa Mobil Tanpa Sopir Mulai Tersedia di Inggris, Ini Cara Kerjanya

Global
Mahathir Nyatakan Siap Berdamai dengan Muhyiddin untuk Selamatkan Suku Melayu Malaysia

Mahathir Nyatakan Siap Berdamai dengan Muhyiddin untuk Selamatkan Suku Melayu Malaysia

Global
UPDATE Kecelakaan Kereta di India, Korban Tewas Jadi 207 Orang, Warga Ramai-ramai Ingin Sumbang Darah

UPDATE Kecelakaan Kereta di India, Korban Tewas Jadi 207 Orang, Warga Ramai-ramai Ingin Sumbang Darah

Global
[POPULER GLOBAL] Jakarta Terancam Tenggelam | Media Singapura: Megawati-Jokowi Renggang

[POPULER GLOBAL] Jakarta Terancam Tenggelam | Media Singapura: Megawati-Jokowi Renggang

Global
Kecelakaan 3 Kereta di Odisha India, 120 Orang Tewas, 850 Lainnya Terluka

Kecelakaan 3 Kereta di Odisha India, 120 Orang Tewas, 850 Lainnya Terluka

Global
Senat AS Loloskan Legislasi Plafon Utang, Amerika Terhindar dari Bencana Gagal Bayar

Senat AS Loloskan Legislasi Plafon Utang, Amerika Terhindar dari Bencana Gagal Bayar

Global
Malaysia Yakin Jumlah Orang Indonesia yang Datang untuk Wisata Medis Terus Naik

Malaysia Yakin Jumlah Orang Indonesia yang Datang untuk Wisata Medis Terus Naik

Global
Simulasi untuk Perang, Drone AI Ini Malah 'Bunuh' Operatornya Sendiri

Simulasi untuk Perang, Drone AI Ini Malah "Bunuh" Operatornya Sendiri

Global
Otoritas Jepang Peringatkan OpenAI: Jangan Main-main dengan Data Sensitif

Otoritas Jepang Peringatkan OpenAI: Jangan Main-main dengan Data Sensitif

Global
Usai Kunjungi IKN Nusantara, Rombongan Pengusaha Singapura Tertarik Tanam Investasi

Usai Kunjungi IKN Nusantara, Rombongan Pengusaha Singapura Tertarik Tanam Investasi

Global
Jepang Catat Tingkat Kelahiran Terendah, Pemerintah Kucurkan Rp372 Triliun

Jepang Catat Tingkat Kelahiran Terendah, Pemerintah Kucurkan Rp372 Triliun

Global
Media Singapura Laporkan Hubungan Megawati dan Jokowi Memburuk karena Pencapresan Ganjar

Media Singapura Laporkan Hubungan Megawati dan Jokowi Memburuk karena Pencapresan Ganjar

Global
Mantan Sekutu Politik Siap Tantang Donald Trump di Pilpres AS 2024

Mantan Sekutu Politik Siap Tantang Donald Trump di Pilpres AS 2024

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+