Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Residen India, Putuskan Hidup-Mati Pasien dalam Tugas Jaga Mencekam

Kompas.com - 06/05/2021, 08:40 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Itu memberinya waktu maksimal tiga hingga empat menit untuk melihat masing-masing pasien, sebelum keadaan darurat apa pun bisa terjadi dengan tiba-tiba.

Dia memasuki menit akhir pemeriksaan kelilingnya ketika menerima panggilan darurat, salah satu pasiennya gawat.

Dia berlari menuruni tangga dan menyusuri koridor yang remang-remang menuju Kamar 323, di mana seorang pria tua hampir tidak sadar.

Baca juga: Masalah Ini Buat Perjuangan Melawan Covid-19 di India Makin Sulit

Berebut tempat

"Kondisinya menurun," Aggarwal menjelaskan kepada putra pria itu. Putranya duduk dengan kepala di tangan, sementara di ICU ruang coba dibuat untuk pasien itu.

Pasien ini termasuk salah satu yang beruntung. Dia sudah dirawat di bangsal Covid-19, tidak seperti mereka yang memohon untuk masuk, sehingga memiliki akses ke perawatan intensif.

"Mereka (ICU) tidak memiliki tempat tidur, tetapi mereka harus mengatasinya," kata Aggarwal.

Seorang penjaga keamanan, Mahendar Baisoyar, ditempatkan di luar pintu ruang gawat darurat. Mereka harus memastikan kerabat tidak mencoba mengamankan tempat tidur "dengan paksa."

Bulan lalu, kerabat di rumah sakit lain di ibu kota menyerang staf dengan pisau setelah seorang pasien meninggal.

Pengadilan tinggi negara bagian kota telah memperingatkan bahwa lebih banyak masalah hukum dan ketertiban di rumah sakit mungkin terjadi, jika kekurangan terus berlanjut.

Seperti banyak rumah sakit di Delhi, Holy Family telah menggunakan Twitter untuk memohon bantuan kepada politisi negara bagian dan federal untuk mengamankan oksigen.

Duduk lemas di belakang mobil, Vijay Gupta yang berusia 62 tahun, adalah salah satu pasien yang ditolak. Keluarga dan teman-temannya memperdebatkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

"Kami telah berkeliaran sejak pukul 6 pagi untuk mencari tempat tidur," kata teman Gupta, Rajkumar Khandelwal.

"Kemana kita akan pergi?" Khandelwal bertanya pada putra Gupta tanpa daya, sebelum mereka pergi untuk mencoba rumah sakit lain.

Orang lain di UGD sangat sakit sehingga sangat membutuhkan ventilator. Jadi Aggarwal memohon kepada keluarga untuk mencari di tempat lain lagi. 

Baca juga: Bayi Positif Covid-19 di India Meninggal Setelah Ditelantarkan Orangtua yang Takut Tertular

Istirahat Singkat

Pada saat putaran paginya berakhir setelah sekitar tiga jam, mata Aggarwal sudah memerah karena kelelahan.

Tidak peduli di mana Aggarwal berada, dia mendengar suara monitor detak jantung saat dia mencoba untuk tidur. Istirahat singkatnya dilalui dengan gelisah karena panggilan darurat pasien terus terdengar.

Tetapi di luar itu, kabar tentang mereka yang tergeletak di rumahnya sendiri terlintas di pikirannya. Jadi sulit baginya, melupakan kematian di bawah asuhannya, bukan karena kurangnya usaha tetapi kurangnya sumber daya.

Aggarwal biasanya makan siang di rumah sakit, tetapi pada hari ini, suara yang dia sebut "kebisingan ICU", terlalu berat untuk ditanggungnya.

Dia menemukan ketenangan di toko 24 jam terdekat, dengan AC yang kuat, sereal impor dan Selena Gomez bermain lembut di stereo di dalam toko.

"Benar-benar suasana yang menyedihkan," katanya tentang rumah sakit itu sambil makan dari sekotak biryani yang bisa dibawa pulang.

"Saya hanya ingin istirahat sekitar satu jam di luar rumah sakit. Jadi saya dapat mengingat kembali jati diri saya, karena saya harus berada di sana selama 24 jam lagi."

Seperti banyak anak muda India, dia masih tinggal bersama orang tuanya, dan terus-menerus mengkhawatirkan keselamatan mereka.

Aggarwal dulu mengurung dirinya sendiri di apartemennya di lantai pertama, tapi ibunya punya ide lain.

"Saya biasa pergi dan melihat mereka setiap 10 hari atau dua minggu. Tapi ibu saya ingin makan bersama saya, dia tidak bisa jauh dari saya," katanya.

Baca juga: Kematian akibat Covid-19 di India Bisa Berlipat Ganda Beberapa Pekan ke Depan

Keputusan darurat

Beberapa saat sebelum jam 3 sore, Aggarwal kembali untuk shiftnya di ruang gawat darurat. Dia duduk di belakang meja saat keluarga pasien mengerumuninya, memohon masuk.

Dia membuat proses pengambilan keputusan terdengar sederhana.

"Jika seorang pasien demam, dan saya tahu dia sakit tetapi tidak membutuhkan oksigen, saya tidak bisa menerimanya," katanya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com