Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukun Covid-19 India: Tolak Obat dan Vaksin, Klaim Bisa Sembuhkan dengan Diet Kontroversial

Kompas.com - 04/05/2021, 10:20 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

NEW DELHI, KOMPAS.com - Seorang juru kampanye anti-vaksinasi karismatik telah mendulang popularitas di India, dengan mengeklaim bahwa pendekatan ilmu kedokteran terhadap pandemi sepenuhnya salah.

Tetapi para kritikus mengatakan Biswaroop Roy Chowdhury membahayakan nyawa, sebab ia secara keliru mengeklaim bahwa dia dapat menyembuhkan Covid-19 melalui makanan saja, lapor Ed Main dan Reha Kansara.

Biswaroop Roy Chowdhury bukanlah orang yang bisa menahan diri.

Baca juga: Covid-19 India: Mengerikannya Kondisi dalam Rumah Sakit Membuat Banyak Pasien Ingin Keluar meski Masih Sakit

"Menurut saya, kebanyakan kematian bukan karena virus corona itu sendiri, tapi karena perawatannya," ujarnya dalam salah satu video yang dipublikasikan melalui situsnya.

Bintang media sosial India - atau bisa dibilang mantan bintang media sosial karena ia telah dilarang di sejumlah platform - tersebut menegaskan bahwa pengobatan konvensional adalah konspirasi yang dirancang untuk memenuhi kantong dokter dan bisnis besar.

Antrian di luar pusat vaksinasi virus corona di Mumbai.EPA via BBC INDONESIA Antrian di luar pusat vaksinasi virus corona di Mumbai.
"Obat-obatan tak akan membantu dalam menyembuhkan penyakit apapun," ujarnya kepada BBC.

"Saya benar-benar yakin bahwa manusia tak memerlukan vaksinasi sama sekali."

Dalam videonya, ia mengeklaim pola makanannya yang kaya akan buah-buahan dan sayuran, akan menyembuhkan tak hanya Covid-19, tapi juga diabetes dan AIDS.

Ilmu kedokteran mengatakan semua ini tidak masuk akal.

Tapi Chowdhury telah memanfaatkan pandemi untuk menyebarkan pesannya.

Dia mengajari para pengikutnya bahwa rumah sakit meningkatkan kemungkinan kematian mereka dan mengatakan bahwa pasien Covid-19 yang sulit bernapas akan lebih baik duduk di depan kipas angin ketimbang menerima oksigen.

Bagi para pengkritiknya, dia adalah penipu berbahaya yang nasihat buruknya hanya dapat memicu gelombang kedua virus corona yang mengerikan di India.

Baca juga: Corona di India Renggut Banyak Nyawa, Badan Industri Pun Desak Pembatasan Ekonomi

India mencatat jumlah kasus virus corona baru tertinggi di dunia.REUTERS via BBC INDONESIA India mencatat jumlah kasus virus corona baru tertinggi di dunia.
"Biswaroop Roy Chowdhury adalah seorang gadungan," kata Dr Sumaiya Shaikh, editor sains dari situs pengecekan fakta India Alt News.

"Dia memiliki banyak pengikut dan itu membuatnya lebih berbahaya."

Mereka adalah pengikut yang telah dia kumpulkan melalui banyak buku, video dan kursus online dan siaran langsung ceramahnya.

YouTube, Twitter, dan Facebook melarang Chowdhury tahun lalu, setelah dia berhasil mengumpulkan banyak pengikut - hampir satu juta di YouTube saja - sebelum akunnya dihapus.

Ia masih memiliki akun resmi di WhatsApp dan Telegram.

Pendukungnya juga mengunggah dan menyebarkan isi ceramahnya melalui akun proxy.

WhatsApp berkata bahwa mereka bekerja keras untuk membatasi penyebaran informasi bohong soal virus corona di platform mereka.

Sedangkan Telegram tidak memberi respons ketika dimintai tanggapan.

Hadiah untuk publisitas

Chowdhury menampilkan dirinya sebagai sosok underdog yang berani melawan lembaga medis yang bermaksud menipu publik.

Dia menegaskan bahwa covid-19 "sama seperti flu biasa", meskipun faktanya virus itu jauh lebih mematikan.

Kendati ada banyak bukti yang menunjukkan sebaliknya, ia mengeklaim bahwa masker tak membantu menghentikan penyebaran virus dan justru akan membuat para pemakainya sakit.

Dia telah mengooptasi kata dalam bahasa Urdu azaadi, yang berarti "kebebasan" - seruan yang menggema di banyak komunitas tertindas di India, untuk slogannya "masks se azaadi" ("kebebasan dari masker").

Baca juga: Demi Dapat Obat di RS India, Istri Pasien Covid-19 Sampai Ancam Bunuh Diri

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com