Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Separuh Penduduk Myanmar Terancam Jatuh Miskin hingga 2022

Kompas.com - 02/05/2021, 15:11 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

NAYPIYDAW, KOMPAS.com - UNDP mewanti-wanti hingga 2022 hampir separuh penduduk Myanmar bisa jatuh miskin, karena dampak ganda dari pandemi Covid-19 dan kudeta militer, yang semakin melumpuhkan ekonomi yang ditengarai sebagai penyebab utama.

Dalam laporannya, Program Pembangunan PBB (UNDP), memprediksi hingga 25 juta penduduk Myanmar atau hampir separuh populasi, akan terjerembab ke bawah garis kemiskinan.

"Covid-19 dan krisis politik menciptakan pukulan ganda yang mendorong kaum paling rentan semakin dalam ke jurang kemiskinan,” kata Asisten Sekretaris Jendral UNDP, Kanni Wignaraja, kepada Reuters.

Baca juga: Uni Eropa Siap Bantu Pulihkan Demokrasi di Myanmar

"Perkembangan yang dicapai melalui transisi demokrasi, meski jauh dari sempurna, lenyap dalam hanya beberapa bulan,” tuturnya, seperti yang dilansir dari DW Indonesia pada Jumat (30/4/2021).

Ia juga menambahkan bahwa pembangunan di Myanmar merosot ke level 2005, ketika junta militer masih berkuasa dan separuh populasi tergolong miskin.

Studi UNDP mencatat, pada akhir tahun lalu rata-rata 83 persen rumah tangga melaporkan pendapatan berkurang separuhnya akibat pandemi Covid-19.

Saat ini pun jumlah penduduk miskin di Myanmar meningkat 11 persen menyusul pemadaman ekonomi.

Baca juga: 3 Bulan Kudeta Militer Myanmar, Perlawanan Rakyat Belum Padam

Perempuan dan anak-anak

Gejolak di Myanmar berawal saat petinggi militer yang dipimpin Jendral Min Aung Hlaing melakukan kudeta militer, menurunkan paksa pemerintahan sipil hasil pemilihan umum.

Tokoh Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan sejumlah pejabat sipil lain ditahan, sementara pasukan anti-huru-hara dan militer diterjunkan menghadang aksi demonstrasi di jalanan.

Sejauh ini aparat keamanan telah menewaskan lebih dari 750 warga sipil Myanmar, klaim sejumlah organisasi HAM.

Baca juga: Militer Myanmar Klaim Dua Pangkalan Angkatan Udara Ditembak Roket

Laporan UNDP mencatat perempuan dan anak-anak akan menanggung beban terbesar dari kemunduran ekonomi.

"Separuh anak-anak di Myanmar bisa hidup dalam kemiskinan dalam waktu satu tahun (hingga 2022),” kata Wignaraja. Menurutnya warga yang sudah mengungsi saat ini akan semakin terdesak oleh situasi di Myanmar.

Baca juga: Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Rebut Pangkalan Militer di Dekat Perbatasan Thailand

Kemiskinan di kawasan perkotaan juga diprediksi akan meningkat tiga kali lipat. Fenomena ini terutama dipicu oleh terputusnya rantai distribusi barang dan jasa, serta menyusutnya mobilitas penduduk akibat situasi keamanan.

UNDP mewanti-wanti, tekanan terhadap mata uang Kyat ikut mencuatkan harga bahan bakar yang sebagian besar diimpor dari luar negeri, sementara sistem perbankan masih lumpuh.

"Seperti yang sudah dikatakan sekretaris jendral PBB, dimensi krisis di Myanmar membutuhkan respon yang cepat dari dunia internasional,” pungkas Wignaraja.

Baca juga: Setelah KTT ASEAN Junta Myanmar Mau Hentikan Kekerasan, tapi...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com