Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Taliban Berkuasa, Yahudi Terakhir di Afghanistan Ini Bakal Angkat Kaki

Kompas.com - 30/04/2021, 15:07 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

Selama bertahun-tahun, semua kerabat Simentov sudah pergi, termasuk istri dan dua putri mereka.

Karena itu, Simentov jadi satu-satunya Yahudi di sana. Meski begitu, dia dengan bangga menyatakan dirinya warga Afghanistan.

Mengenakan tunik tradisional dan terusan, kippah hitam serta teffilin, Simentov mengingat momen sebelum Soviet menginvasi sebagai tahun terbaik hidupnya.

Dia mengisahkan pada saat itu, semua pemeluk agama hidup dalam damai dan seluruh sekte bebas menjalankan keyakinan mereka.

Simentov mengutarakan momen saat Taliban berkuasa pada 1996 sampai 2001 adalah kejadian tersuram dalam hidupnya.

Saat itu, dia mengaku dipenjara sampai empat kali di mana kelompok mereka mencoba untuk memaksanya berpindah agama.

Baca juga: Pengakuan JK Undang Taliban Makan ke Rumahnya: Dalam Rangka Perdamaian Afghanistan

Dalam salah satu insiden yang membuatnya amat sangat marah, Taliban menyerbu dan menghancurkan sinagoge.

Kelompok pemberontak tersebut menyobek buku dalam aksara Ibrani, menghancurkan Menorah dan menjarah Torah.

"Saat itu, mereka mengatakan tempat ini adalah Kekhalifahan Islam dan Yahudi tidak punya hak berada di sini," jelasnya.

Meski begitu, dia tetap kukuh menjejakkan kakinya di Afghanistan. Dia ingin supaya semua agama Musa bisa diterima di sana.

Karena itu setiap tahun, Simentov yang sendirian memperingati tahun baru Rosh Hashanah dan Yom Kippur, kadang ditemani sejumlah warga Muslim.

Simentov mengatakan, saat Taliban digulingkan pada 2001, dia merasa Afghanistan akan jatuh pada kemakmuran.

Baca juga: Korban Sipil Konflik Afghanistan-Taliban 2020 Capai 8.820, Meningkat Setelah Pembicaraan Damai

"Saya kira AS dan Eropa akan membantu negara ini. Saya sudah kehilangan keyakinan di sini," jelasnya.

Shakir Azizi, tetangga sekaligus pemilik toko kelontong dekat tempat Simentov tinggal akan merasa kehilangan dengan kepergian Simentov.

"Dia adalah pria baik. Dia menjadi pelanggan saya selama 20 tahun. Tentu kehadirannya akan dirindukan," kata Azizi.

Namun, keputusan Zebulon Simentov sudah bulat. Dia memilih angkat kaki daripada nyawanya terancam di sini.

"Taliban tetaplah kelompok yang sama dalam 21 tahun terakhir. Saya tak melihat ada kehidupan di sini," ujar dia.

Baca juga: Menhan Jerman Khawatir Serangan Taliban di Afghanistan Bakal Meningkat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com