GAZA, KOMPAS.com - Masjid-masjid di Gaza pada Kamis (22/4/2021) akan mulai ditutup untuk shalat tarawih, setelah terjadi lonjakan kasus Covid-19.
Hamas memberlakukan aturan jam malam di masjid-masjid di Gaza, yang biasanya menampung ratusan jamaah untuk beribadah shalat tarawih di bulan Ramadhan.
"Kami mungkin akan memberlakukan langkah-langkah tambahan, tetapi kami tidak berharap pada tahap ini akan melakukan lockdown total," ujar juru bicara Hamas, Eyad Al-Bozom, seperti yang dilansir dari Reuters pada Kamis (22/4/2021).
Baca juga: Covid-19 di India Makin Gawat, Lampaui 300.000 Kasus dalam Sehari
Eyad mengatakan, pihaknya masih menahan untuk tidak melakukan lockdown total, mengingat sekitar 49 persen warga Gaza menganggur dan pada 22 Mei mendatang dijadwalkan akan dilakukan pemilihan parlemen.
Diperkirakan jika dilakukan lockdown total, maka dapat semakin merusak ekonomi Gaza.
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan faktor-faktor yang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 saat ini, di antaranya ialah pelanggaran pedoman untuk memakai masker, menjaga jarak sosial, serta pembukaan perbatasan Gaza dengan Mesir pada Februari lalu, yang memungkinkan adanya varian baru virus corona masuk.
Baca juga: 53 Penumpang dalam Penerbangan dari India ke Hong Kong dinyatakan positif Covid-19
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan sekitar 70 persen tempat tidur unit perawatan intensif di rumah sakit sudah terisi, naik dari 37 persen pada akhir Maret.
Ada 86 kematian selama 6 hari terakhir ini, meningkat 43 persen selama sepekan sebelumnya.
"Rumah sakit hampir mencapai kapasitas penuh. Kasus yang parah dan kritis telah meningkat secara signifikan dalam 3 pekan terakhir, yang menjadi kekhawatiran," kata Dr Ayadil Saparbekov, kepala Tim Darurat Kesehatan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Wilayah Palestina.
Tingkat kasus positif Covid-19 di Gaza mencapai 43 persen pada pekan ini, meski Saparbekov mengatakan bahwa angka tersebut dapat meningkat karena kurangnya tes yang berarti.
Sejauh ini, tes virus corona di Gaza dilakukan saat orang-orang telah menunjukkan gejala, sehingga orang tersebut bisa jadi telah menularkan virus ke orang lain.
Saparbekov juga mengatakan Gaza tidak memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi varian baru virus corona yang sangat menular, sejak pengujian Covid-19 dilakukan.
Sehingga, hanya sedikit data tentang varian baru virus corona yang dimiliki oleh Gaza.
Baca juga: Di Tengah Wabah Covid-19, Hukuman Mati di Negara Ini Meroket
Sementara itu, kecurigaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 semakin mendalam.
Menurut survei 21 April oleh Pusat Media dan Komunikasi Yerusalem melaporkan, mayoritas warga Gaza sebanyak 54,2 persen mengatakan bahwa mereka tidak akan melakukan vaksinasi Covid-19.