Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Startup Indonesia Menang Penghargaan di Jerman berkat Inovasi untuk Petani Lokal

Kompas.com - 18/04/2021, 23:08 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Pertama adalah sensor cuaca dan tanah. Sebelum memasang sensor ini, Bayu dan timnya mengumpulkan data yang mencakup kebiasaan petani setempat, jenis pupuk yang digunakan, jumlah dosis yang diberikan, serta waktu pemupukan.

Semua data dimasukan dalam variabel, yang nantinya akan menjadi bahan rekomendasi bagi petani.

Baca juga: Dzaki Sukarno Ingin Jadi Penyanyi Country Pertama dari Indonesia Usai Raih Golden Ticket American Idol

Dengan sensor tersebut maka dapat diketahui berapa banyak lagi pupuk yang harus ditambahkan, sehingga petani hanya memberikan pupuk sesuai dengan kekurangannya.

Bayu mengaku, bahwa mereka memberikan rekomendasi tergantung kearifan lokal daerah tersebut.

Di beberapa kasus seperti lahan pertanian bawang merah, penggunaan pupuk bahkan dapat direduksi hingga 50 persen. Saat pupuk langka, teknologi ini bisa sangat menguntungkan para petani.

Sensor ini dapat menangkap data dalam radius 100 hektare untuk lahan hamparan. Namun, untuk lahan bentuk teras atau bukit, maka sensor yang dibutuhkan lebih banyak.

Pemasangan sensor pun harus melalui prosedur pemeriksaan jenis tanah, sehingga tidak bisa dipasang secara sembarangan.

Sensor lainnya adalah sensor debit air di saluran irigasi. "Sensor ini menghitung debit di saluran tersier yang masuk lahan itu berapa, kita cocokan dengan fase pertumbuhannya."

"Misalnya pada padi. Pada fase awal, membutuhkan banyak air, dan saat mendekati musim panen, sebaiknya tidak dialiri air karena akan mempengaruhi kualitas panen," papar Bayu.

Teknologi sensor cuaca dan tanah ini membutuhkan dana sekitar 30 juta rupiah, yang sudah mencakup aplikasi, algoritma, rekomendasi, dan notifikasi.

Dibandingkan dengan sensor lain yang harganya mencapai seratus juta rupiah, namun konsumen biasanya hanya mendapatkan data mentah.

Sensor ini juga diklaim dapat bertahan sekitar dua tahun. Namun, menurut Bayu, penggunaan sensor ini menghadapi tantangan seperti pencurian atau dirusak anak-anak yang bermain di sawah.

Sensor sudah dipasang di seluruh Indonesia

Saat ini sudah ada 115 sensor yang dipasang di berbagai lahan di seluruh indonesia. Sensor terjauh dipasang di Manokwari, Papua untuk tanaman padi.

"Kami tidak menjual sensor secara putus, karena itu bukan solusi. Kami merancang ini untuk satu ekosistem atau kluster, makanya kami bekerja sama dengan Bank Indonesia, Bank Negara Indonesia dan beberapa kementerian karena mereka memiliki kelompok-kelompok petani binaan," ujar doktor di bidang agro klimatologi dan perubahan iklim tersebut.

Komoditas yang menggunakan sensor ini mencakup padi, jagung, bawang merah, kopi dari Sumatra Utara, temu lawak dari Sukabumi, cabai, dan kedelai.

"Sensor ini untuk semua komoditas, dapat diset untuk komoditas apa saja, yang berpengaruh pada hasil rekomendasinya. Survei, sosialisasi dan rekomendasi itu sangat penting," ungkap Bayu lebih lanjut.

Baca juga: Marko Djuliarso, Insinyur Indonesia yang Ikut Bangun Roket NASA

SDM dan petani generasi milenial

MSMB dibantu olah sekitar 50 hingga 60 pekerja. 10 di antaranya adalah ahli di bidang sensor. Namun untuk mengadakan pelatihan bagi kelompok petani, MSMB bekerja sama dengan kementerian pertanian setempat.

Dalam setiap pelatihan, Bayu selalu mensyaratkan dua hal, yakni petani wajib mengikutsertakan anggota keluarga seperti anak, cucu atau keponakan mereka.

"Petani sekarang kebanyakan berusia di atas 50 tahun. Mereka kebanyakan tidak update dengan teknologi smartphone. Pasti ada anggota keluarga yang mengerti penggunakaan internet yang terhubung dengan smartphone," paparnya menjelaskan mengapa keikutsertaan anak muda menjadi tuntutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Israel Buka Penyeberangan Baru ke Gaza Utara untuk Jalur Bantuan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com