Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi di Brasil Banyak yang Meninggal karena Covid-19, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 16/04/2021, 14:23 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

Dr Manuela Monte, dokter pediatri yang merawat Lucas selama lebih dari sebulan di ICU di Sobral, mengaku terkejut ketika mengetahui kondisi bayi itu begitu serius, mengingat dia tidak memiliki faktor risiko.

Kebanyakan anak-anak yang terkena Covid-19 memiliki penyakit bawaan, seperti diabetes atau penyakit kardiovaskular, atau kegemukan, menurut Lohanna Tavares, infektolog petiatri di Rumah Sakit Anak Albert Sabin di Fortaleza, ibu kota negara bagian.

Tetapi Lucas berbeda. Selama 33 hari Lucas dirawat di ICU, Jessika hanya diizinkan untuk menjenguknya tiga kali.

Baca juga: Video Ribuan Orang Ikut Ritual di Sungai Gangga, Ratusan Positif Covid-19 Setelahnya

Lucas butuh immunoglobulin, obat yang sangat mahal, untuk menurunkan detak jantungnya, tapi untungnya seorang pasien dewasa yang telah membeli obat itu dengan uang pribadi mendonasikan satu ampul sisa ke rumah sakit.

Sakit Lucas begitu parah hingga dia menerima dosis kedua immunoglobulin. Muncul ruam di tubuhnya dan demamnya tak turun-turun. Dia butuh bantuan untuk bernapas.

Kemudian kondisi Lucas mulai membaik dan dokter memutuskan untuk melepas tabung oksigen. Mereka mengabari Jessika dan Israel lewat video-call supaya Lucas tidak merasa sendirian ketika dia sadar.

"Ketika dia mendengar suara kami, dia mulai menangis," kata Jessika.

Itu terakhirnya mereka melihat reaksi putra mereka. Dalam video-call berikutnya "dia tampak lumpuh". Rumah sakit meminta agar dilakukan CT scan dan menemukan bahwa Lucas telah mengalami stroke.

Tetap saja, Jessika dan Israel diberi tahu bahwa Lucas akan sembuh dengan perawatan yang tepat dan tak lama lagi akan dipindahkan dari ICU ke bangsal umum.

Ketika Jessika dan Israel pergi mengunjunginya, dokter sama berharapnya dengan mereka, katanya.

Baca juga: Jerman Campur Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Ganti Dosis Kedua dengan Jenis Lain

Jessika percaya, keterlambatan penanganan yang tepat membuat kondisi Lucas semakin serius. "Lucas mengalami beberapa peradangan, 70 persen paru-parunya rusak, detak jantungnya meningkat 40 persen. Itu situasi yang bisa dihindari."

Dr Monte, yang merawat Lucas, setuju. Dia mengatakan bahwa meskipun MIS tidak dapat dicegah, pengobatan akan jauh lebih sukses, jika kondisi tersebut didiagnosis dan diobati lebih awal.

"Semakin awal dia menerima perawatan khusus, semakin baik," katanya. "Dia tiba di rumah sakit dalam keadaan kritis. Saya yakin hasilnya akan berbeda, jika kita bisa merawatnya lebih awal," terangnya. 

Jessika sekarang ingin berbagi cerita Lucas untuk membantu orang lain yang mungkin melewatkan gejala kritis.

"Setiap anak yang saya kenal diselamatkan oleh suatu peringatan dan ibunya berkata, 'Saya melihat tulisan Anda, saya membawa putra saya ke rumah sakit dan sekarang dia sudah di rumah.' Seolah-olah itu adalah Lucas," katanya.

"Saya telah melakukan untuk orang-orang ini apa yang saya harap mereka lakukan untuk saya. Jika saya memiliki informasi (ketika Lucas masih hidup), saya akan lebih berhati-hati," ungkapnya.

"Malam itu, saya menyetel ponsel saya dalam mode silent. Saya bermimpi Lucas mendatangi saya dan mencium hidung saya. Dan dalam mimpi itu saya merasakan cinta yang luar biasa, serta rasa syukur, dan saya bangun dengan perasaan bahagia. Kemudian saya mengecek ponsel saya dan melihat 10 panggilan dari dokter."

Dokter memberi tahu Jessika bahwa detak jantung dan kadar oksigen Lucas tiba-tiba turun, dan dia meninggal pagi itu.

Jessika merasa yakin bahwa jika Lucas diberi tes Covid-19, ketika dia memintanya pada awal Mei, dia akan selamat.

"Penting bagi dokter, meskipun mereka yakin itu bukan Covid, melakukan tes untuk mengeliminasi kemungkinan," katanya.

"Seorang bayi tidak mengatakan apa yang dia rasakan, jadi kami bergantung pada tes," ujarnya. 

Baca juga: Menteri Kesehatan Austria Mundur karena Lelah Tangani Wabah Covid-19

Ada kesalahpahaman bahwa anak-anak tidak berisiko terkena Covid-19, kata Dr Fatima Marinho, yang juga penasihat senior di LSM kesehatan internasional Vital Strategies. Ia menemukan bahwa sangat banyak anak dan bayi yang terkena virus tersebut.

Antara Februari 2020 dan 15 Maret 2021, Covid-19 menewaskan sedikitnya 852 anak-anak Brasil hingga usia 9 tahun, termasuk 518 bayi di bawah usia 1 tahun, menurut angka dari Kementerian Kesehatan Brasil.

Namun Dr Marinho memperkirakan bahwa jumlah sebenarnya lebih dari 2 kali lipat, mengingat ada banyak kasus yang tidak terlaporkan karena kurangnya jumlah tes.

Dr Marinho menghitung ekses kematian akibat sindrom pernapasan akut yang tidak dipastikan selama pandemi virus corona, dan mendapati bahwa ada 10 kali lebih banyak kematian akibat sindrom pernapasan yang tidak dapat dijelaskan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dengan menjumlahkan angka-angka tersebut, dia memperkirakan virus corona sebenarnya menewaskan 2.060 anak di bawah sembilan tahun, termasuk 1.302 bayi.

Baca juga: Duterte Siap Lepas Jatah Disuntik Vaksin Covid-19, Ini Alasannya...

Mengapa ini terjadi?

Para pakar mengatakan banyaknya kasus Covid-19 di Brasil, yang terbanyak kedua di dunia, meningkatkan kemungkinan bayi dan anak kecil di negara itu terkena.

"Tentu saja, semakin banyak kasus yang muncul dan, akibatnya, semakin banyak yang dirawat di rumah sakit, semakin besar jumlah kematian di semua kelompok umur, termasuk anak-anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com