Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesir Enggan Lakukan Pelebaran Jalur Terusan Suez

Kompas.com - 31/03/2021, 12:52 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

"Lebih bijaksana ... untuk hanya mengizinkan (perjalanan) dengan kapal berukuran kecil dan menengah pada malam hari. Membatasi kapal tanker minyak dan kapal besar lainnya hingga siang hari,” kata dia melansir AFP pada Selasa (30/3/2021).

Kapal raksasa berbendera Panama yang dioperasikan oleh Perusahaan Taiwan Evergreen Marine Corporation terdampar setelah kandas di tepi timur jalur air dalam badai pasir.

Pembebasannya dibantu oleh kapal tunda, kapal itu telah bergeser dari jalur kapal lain, dan berlabuh Senin malam (29/3/2021) menjelang penyelidikan.

"Pemilik dan operator ... kapal dan beberapa pihak berkepentingan lainnya akan terlibat dalam penyelidikan itu,” kata Angus Blair dari Universitas Amerika di Kairo, kepada AFP.

Operasi pembebasan kapal membutuhkan lebih dari 10 kapal tunda, serta kapal keruk.

Antara 180 dan 200 orang bekerja tanpa lelah 24 jam sehari di lokasi menurut seorang pejabat kanal kepada AFP tanpa menyebut nama.

Baca juga: Pakar Usul Terusan Suez Buka Tutup Sesuai Ukuran Kapal

Tanggung jawab perbaikan

Ahmed Abbas, seorang karyawan Terusan Suez, membagikan rekaman langsung dari tempat kejadian di akun Facebook-nya saat kapal itu diapungkan kembali.

Mereka berseru: "Alhamdulillah, kapal akhirnya keluar! Bagus sekali untuk anak-anak SCA!"

Menurutnya hingga 2.000 pekerja dikerahkan untuk memberikan layanan tambahan.

“Faktor yang menentukan adalah kita menggali lebih dalam di bawah haluan kapal dan melebar hingga membentuk genangan air di bawahnya pada kedalaman sekitar 12 meter,” ungkapnya.

Di tempat lain, tim penyelamat menggali hingga 18 meter.

Mesir kehilangan pendapatan antara 12-15 juta dollar AS (Rp 174,5-218,1 miliar) untuk setiap hari jalur air ditutup, menurut angka SCA dengan sedikit direvisi.

Baca juga: Kutukan Firaun Dikaitkan dengan Insiden Terusan Suez hingga Gedung Ambruk di Mesir

Otoritas Mesir berusaha memulihkan sebagian dari kerugiannya, termasuk untuk biaya kerusakan kanal yang ditimbulkan oleh upaya penyelamatan yang intensif.

"Proses pengadilan kemungkinan akan terjadi untuk menentukan tanggung jawab hukum atas Ever Given yang memblokir kanal," kata Marcos Alvarez dari lembaga pemeringkat kredit DBS Morning Star.

"Indikasinya adalah bahwa mitra yang bertanggung jawab akan mencakup pemilik kapal, operatornya, dan Otoritas Terusan Suez, yang termasuk nakhoda lokal sebagai pemandu kapal melalui kanal."

Krisis tersebut memaksa perusahaan pelayaran untuk memilih antara menunggu atau mengubah rute kapal di sekitar ujung selatan Afrika.

Opsi kedua untuk memutar akan menambah 9.000 kilometer (5.500 mil) perjalanan, dan lebih dari seminggu perjalanan untuk perjalanan antara Asia dan Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com