NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Militer Myanmar menjadi sorotan lantara menggelar serangan udara ke desa, dan memaksa penduduknya mengungsi di hutan.
Suara tembakan terus terdengar saat pemakaman satu dari 114 korban tewas dalam demonstrasi pada Sabtu (27/3/2021).
Hari itu akan dikenang sebagai hari paling berdarah sejak junta militer melakukan kudeta pada 1 Februari.
Baca juga: AS Ngeri dengan Ratusan Korban Tewas dalam Demonstrasi Myanmar
Sebabnya, aparat Myanmar menembaki warga sipil yang di dalamnya termasuk bocah berusia lima dan 13 tahun.
Media setempat memberitakan, sekitar 3.000 orang dari Negara Bagian Karen menyeberang ke Thailand untuk mengungsi.
David Eubank, pendiri organisasi kemanusiaan Free Burma Rangers menerangkan, junta militer melakukan serangan udara ke desa di Karen.
Dilansir Sky News Minggu (28/3/2021), Eubank mengungkapkan tiga warga desa tewas dengan delapan lainnya terluka.
Eubank menceritakan, serangan dari jet tempur itu terjadi Sabtu pukul 20.30 waktu setempat, berlanjut hingga pukul 02.00 keesokan harinya.
"Terdapat sejumlah serangan udara. Tapi yang membuat kami mengernyit adalah tidak ada serangan di sana selama 20 tahun terakhir," ujar dia.
Baca juga: 114 Korban Tewas dalam Hari Protes Paling Berdarah Terbaru di Myanmar
Dia mengatakan, kemampuan militer Burma, nama lama Myanmar, terus meningkat karena disokong China dan Rusia.
"Orang-orang kini berlindung di Lembah Day Pu No, dengan total 8.000 orang bersembunyi karena kekerasan terus meningkat sejak 1 Februari," keluhnya.
Eubank melanjutkan, Tatmadaw, sebutan junta militer, tidak hanya membunuh pria, perempuan, dan anak-anak di kota.
Tatmadaw kini juga menggempur berbagai kelompok etnis di kawasan gunung, salah satunya di Negara Bagian Karen.
"Apa yang saya lihat saat ini adalah situasi semakin buruk," jelas Eubank mengomentari kengerian di negara bagian kawasan tenggara Myanmar tersebut.
Serangan udara itu terjadi setelah faksi Uni Nasional Karen mengumumkan merebut pos militer dekat Thailand, dan membunuh 10 orang.
Baca juga: Kelompok Bersenjata Myanmar Ancam Militer, Siap Dukung Pergerakan Sipil