NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Seorang PNS Myanmar yang bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil (CDM) dilaporkan tewas diduga karena disiksa pasukan keamanan.
PNS bernama Ko Tun Htet Aung (24) tersebut diduga disiksa dan dipukuli oleh tentara dan polisi saat ditahan di Monywa, Wilayah Sagaing, Myanmar.
PNS yang bekerja di kehutanan tersebut akrab dipanggil Phoe Nge, alias bocah laki-laki. Dia merupakan anggota termuda di keluarganya sebagaimana dilansir The Irrawaddy, Kamis (18/3/2021).
Dia ditangkap pada 15 Maret sekitar pukul 11.00 waktu setempat setelah meninggalkan rumah untuk bergabung dalam demonstrasi anti-kudeta.
Baca juga: Alasan Senjata Dicuri, Pasukan Keamanan Myanmar Geledah Sejumlah Desa
Dia meninggal karena pendarahan internal di kepalanya pada Kamis pukul 3:10 waktu setempat di Rumah Sakit Mandalay, kurang dari dua belas jam setelah dia dibebaskan dari tahanan.
Sebelum Ko Tun Htet Aung dibebaskan, pasukan keamanan telah menahannya di Rumah Sakit Umum Monywa.
Di sana, dia dikabarkan tidak mendapatkan perawatan medis yang layak, menurut keluarga Ko Tun Htet Aung.
Keluarganya juga tidak diizinkan untuk mengunjungi atau berkomunikasi dengannya.
Baca juga: Anak Junta Diburu Massa Anti-kudeta Militer Myanmar untuk Beri Hukuman Sosial
Saudara Ko Tun Htet Aung mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa mereka hanya diperbolehkan mengirim pakaian.
“Ibu kami memohon kepada mereka (pasukan keamanan) setidaknya mengizinkan kami berbicara dengannya melalui telepon untuk mengetahui kondisi aslinya,” kata saudara Ko Tun Htet Aung.
“Tetapi kami tidak diizinkan untuk berbicara dengannya dan diberi tahu bahwa kondisinya tidak buruk dan hanya mengalami sedikit memar,” imbuhnya.
Ko Tun Htet Aung lantas dibebaskan pada Rabu (17/3/2021) setelah mereka menandatangani pengakuan yang mengatakan bahwa dia akan kembali bekerja setelah pulih.
Baca juga: Militer Myanmar Tambah Dakwaan Suap Kepada Aung San Suu Kyi, Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara
Namun, saat dibebaskan, Ko Tun Htet Aung tidak dapat berjalan, matanya berwarna ungu kebiruan, dan dia hanya sadar untuk waktu yang singkat.
Keluarga Ko Tun Htet Aung lantas membawanya ke Rumah Sakit Mandalay untuk diberi perawatan lebih lanjut.
Ketika tersadar di ranjang rumah sakit, Ko Tun Htet Aung berbicara tentang perlunya melanjutkan perjuangan melawan junta militer.