NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Lebih dari 600 polisi Myanmar membelot dan bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil di Myanmar dan melawan junta militer.
Gelombang pembelotan di tubuh kepolisian Myanmar telah meningkat tajam sejak kebrutalan penumpasan demonstran pada akhir Februari.
Polisi yang membelot tersebut berasal dari berbagai macam divisi dan dari berbagai departemen kepolisian di seluruh Myanmar sebagaimana dilansir The Irrawaddy, Jumat (5/3/2021).
The Irrawaddy melaporkan, ada lebih dari 500 polisi yang berpartisipasi dalam gerakan pembangkangan sipil pada Kamis (4/3/2021).
Baca juga: YouTube Hapus 5 Channel di Bawah Kendali Junta Militer Myanmar
Setelah itu, sekitar 100 lainnya ikut bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil pada Jumat.
Seorang sumber dari kepolisian di Naypyidaw mengatakan, hanya negara bagian Rakhine yang tidak dilaporkan adanya aksi protes dari polisi yang membelot.
Dia mengatakan, partisipasi Kepala Kepolisian Cabang Khusus Tin Min Tun dalam gerakan pembangkangan sipil berdampak besar di lingkungan kepolisian.
Tin Min Tun menulis di Facebook bahwa dia bergabung dengan pegawai negeri yang melakukan pembangkangan sipil.
Baca juga: Kekerasan Myanmar Makin Tinggi, AS Desak China Ikut Turun Tangan
“Saya tidak mau lagi mengabdi di bawah rezim militer. Saya bergabung dengan pegawai negeri yang berpartisipasi dalam pembangkangan sipil,” tulis Tin Min Tun.
Dia mengungkapkan rasa hormat kepada pengunjuk rasa yang lebih muda yang memimpin gerakan melawan junta militer.
Seorang perwira senior, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa junta militer belum memberikan perintah untuk menindak polisi yang membelot.
“Para komandan hanya meminta untuk membawa mereka kembali, membujuk mereka untuk kembali ke tugas mereka dan menyelesaikan masalah mereka,” imbuh perwira tersebut.
Baca juga: Lewat TikTok, Tentara Myanmar Ancam Tembak Muka Para Demonstran
Beberapa sumber dari kepolisian Myanmar mengatakan, tidak ada polisi yang bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil yang kembali bekerja dan tidak ada yang ditahan.
Seorang polisi di Yangon yang bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil mengatakan, dia tidak tahan melihat penderitaan yang dialami rakyat Myanmar.
“Saya tahu sebiji wijen tidak bisa membuat minyak tapi saya tetap memilih untuk pergi, berkata pada diri sendiri bahwa mereka setidaknya akan kehilangan seorang petugas untuk menekan pengunjuk rasa jika saya berhenti,” ujarnya.