Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YouTube Hapus 5 Channel di Bawah Kendali Junta Militer Myanmar

Kompas.com - 06/03/2021, 08:56 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

NAYPIYDAW, KOMPAS.com - YouTube telah menghapus lima channel yang dijalankan oleh junta militer di tengah kekerasan yang sedang berlangsung setelah kudeta Myanmar pada 1 Februari 2021.

YouTube mengatakan pada Jumat (5/3/2021) bahwa mereka telah menghapus channel yang tidak sesuai dengan pedomannya, seperti yang dilansir dari BBC pada Sabtu (6/3/2021).

Myanmar dilanda protes massa yang menuntut berakhirnya peran militer dan dibebaskannya pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi.

Baca juga: Kekerasan Myanmar Makin Tinggi, AS Desak China Ikut Turun Tangan

Banyak pengunjuk rasa kemudian jadi sasaran tembak oleh aparat keamanan.

Hingga Jumat (5/3/2021), setidaknya 55 orang telah tewas akibat tindakan keras polisi di bawah komando junta militer yang berkuasa.

Beberapa channel dihapus oleh YouTube, termasuk jaringan negara MRTV (Myanmar Radio dan Televisi), serta Myawaddy Media milik militer, MWD Variety, dan MWD Myanmar.

Baca juga: Lewat TikTok, Tentara Myanmar Ancam Tembak Muka Para Demonstran

"Kami telah menghentikan sejumlah channel dan menghapus beberapa video dari YouTube sesuai dengan pedoman komunitas kami dan hukum yang berlaku," kata juru bicara YouTube, platform yang dimiliki oleh Alphabet, perusahaan induk Google.

Keputusan YouTube untuk menghapus channel militer muncul sepekan setelah Facebook melarang semua halaman yang dijalankan oleh angkatan bersenjata Myanmar.

Pada Desember, tak lama setelah pemilihan umum Myanmar, Google memblokir 34 saluran YouTube yang terkait dengan negara tersebut.

Baca juga: Militer Makin Keras, Myanmar Mati Listrik Nyaris Senegara

Sebuah tinjauan oleh kantor berita Reuters menemukan banyak puluhan channel yang mempromosikan informasi yang salah tentang pemilu sambil menyamar sebagai outlet berita atau program politik.

Dalam perkembangan terpisah pada Jumat (5/3/2021), pejabat lokal di India mengatakan bahwa sekelompok petugas polisi Myanmar telah melintasi perbatasan mencari perlindungan, setelah menolak untuk melaksanakan perintah junta.

Lalu, duta besar Myanmar untuk PBB yang baru ditunjuk junta, Tin Maung Naing, telah menolak untuk menggantikan Kyaw Moe Tun yang sebelumnya menjabat, tetapi dipecat pekan lalu karena meminta dunia melawan rezim militer Myanmar.

Baca juga: Baru Diangkat, Dubes Myanmar Utusan Militer Langsung Mundur, Ternyata...

Pada Kamis (4/3/2021), massa berkumpul dalam haru di Mandalay saat menghadiri pemakaman remaja putri 19 tahun bernama Kyal Sin atau sering disebut "Angel".

Dia tewas setelah mendapatkan tembakan di kepalanya.

Dalam gambar yang beredar, ia terlihat mengikuti aksi protes dengan menggunakan kaus hitam bertuliskan slogan "Semuanya akan baik-baik saja".

Baca juga: AS Blokir Junta Militer Myanmar Tarik Dana Rp 14,3 Triliun dari Bank Sentral

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com