Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Demo Myanmar Makin Bertambah, 10 Demonstran Tewas

Kompas.com - 03/03/2021, 21:44 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Setidaknya 10 orang tewas di Myanmar pada Rabu (3/3/2021) ketika polisi dan militer menggunakan senjata mematikan untuk membubarkan demonstran.

Pada Rabu, aksi protes menentang kudeta militer kembali pecah sebagaimana dilansir dari Anadolu Agency, Rabu.

Rakyat Myanmar turun ke jalan-jalan di kota-kota besar maupun kecil di Myanmar, menuntut pemulihan kembali pemerintahan sipil dan pembebasan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.

Di antara 10 orang yang tewas tersebut, sebanyak tujuh orang tewas di Mandalay sedangkan tiga lainnya tewas masing-masing di Yangon, Magway, dan Myingyan.

Baca juga: Setelah Digulingkan, Presiden Myanmar Hadapi 3 Dakwaan

Mereka tewas akibat dari tindakan keras oleh polisi dan militer Myanmar dalam membubarkan aksi protes menentang kudeta militer.

Sebelumnya dilaporkan bahwa di Yangon, seorang pengunjuk rasa tewas karena luka tembak.

Kabar itu disampaikan oleh media lokal Khit Thi Media, mengutip petugas penyelamat sukarela sebagai saksi.

Sebuah video rekaman yang beredar menunjukkan polisi mendirikan barikade sementara di kota Okalapa utara Yangon.

Baca juga: Gelombang Baru Tahanan Militer Myanmar: Dokter, Seniman hingga Peramal Jadi Sasaran

Dilaporkan bahwa pengunjuk rasa yang meninggal di Myingyan adalah seorang gadis remaja berusia 14 tahun.

Akibat bentrokan antara aparat keamanan dan demonstran di Yangon, sekitar 300 pengunjuk rasa ditahan.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah meminta semua pihak di Myanmar untuk mencari solusi damai melalui dialog yang konstruktif dan rekonsiliasi praktis.

Hal itu mengemuka dalam pertemuan khusus para menteri luar negeri negara anggota ASEAN yang dipimpin Brunei Darussalam.

Baca juga: Perusahaan Migas Global Didesak Hentikan Danai Junta Militer Myanmar

Solusi damai diharapkan dapat tercapai guna kepentingan masyarakat dan mata pencaharian rakyat Myanmar.

Pertemuan khusus tersebut diselenggarakan secara virtual untuk membahas situasi politik terkini di Myanmar pascakudeta militer pada 1 Februari.

Pertemuan itu juga bertujuan guna mencari solusi yang bersahabat untuk krisis yang terjadi selanjutnya.

Dalam pertemuan itu juga menggarisbawahi pentingnya upaya berkelanjutan Myanmar dalam menangani situasi di negara bagian Rakhine.

Penanganan tersebut termasuk dimulainya proses repatriasi secara sukarela, aman, dan bermartabat sesuai dengan perjanjian bilateral dengan Bangladesh.

Baca juga: Kursi Myanmar di PBB Sekarang Diperebutkan Militer dan Non-militer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com