Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

18 Orang Tewas dalam Sehari di Myanmar, Begini Respons Dunia

Kompas.com - 01/03/2021, 08:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Al Jazeera

KOMPAS.com – Para pemimpin dunia mengutuk keras tindakan keras oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap demonstran yang menentang kudeta militer pada Minggu (28/2/2021).

Aksi demonstrasi tersebut dianggap sebagai hari paling berdarah selama sejak militer mengambil alih kekuasaan dari pemimpin de facto Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, sedikitnya 18 orang tewas dan 30 lainnya terluka dalam aksi demonstrasi di Myanmar pada Minggu.

Selain itu, sekitar 1.000 pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi sekaligus penentang kudeta militer telah ditahan pada Minggu.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, melalui Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pada Minggu, mengecam tindakam militer tersebut sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Baca juga: Uni Eropa Bakal Jatuhkan Sanksi kepada Junta Militer Myanmar

"Penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa damai dan penangkapan sewenang-wenang tidak dapat diterima," kata Dujarric.

“Sekretaris Jenderal (PBB) mendesak komunitas internasional untuk berkumpul dan mengirimkan sinyal yang jelas kepada militer (Myanmar) bahwa mereka harus menghormati keinginan rakyat Myanmar,” imbuh Dujarric.

Selain itu, Kepala Diplomatik Uni Eropa Josep Borrell mengutuk tindakan keras yang diterapkan junta militer Myanmar terhadap demonstran sebagaimana dilansir dari AFP.

Borrel juga mengonfirmasi bahwa blok tersebut akan memberikan sanksi terhadap junta militer Myanmar sebagai balasan atas tindakan keras mereka.

"Menembak warga yang tidak bersenjata, pasukan keamanan (Myanmar) telah secara terang-terangan mengabaikan hukum internasional, dan harus dimintai pertanggungjawaban," kata Borrell.

Baca juga: Hari Paling Berdarah sejak Kudeta Militer Myanmar, 18 Orang Tewas dalam Sehari

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melalui Twitter pada Minggu sore waktu setempat mengutuk tindakan keras junta militer Myanmar terhadap demonstran.

Blinken menyebut, pasukan keamanan Myanmar mekakukan aksi yang mengerikan terhadap rakyat Myanmar.

Sebelumnya, AS mengumumkan sanksi baru terhadap dua jenderal militer Myanmar yang terlibat dalam kudeta militer 1 Februari setelah pengunjuk rasa tewas pekan lalu.

"Kami berdiri teguh dengan orang-orang yang berani di Burma dan mendorong semua negara untuk berbicara dengan satu suara untuk mendukung keinginan mereka," tulis Blinken menyebut Myanmar sebagai Burma.

Seorang juru bicara Kantor Luar Negeri Inggris mengatakan, kekerasan harus dihentikan dan demokrasi harus dipulihkan di Myanmar.

Baca juga: Dianggap Pengkhianat dan Dipecat Junta, Duta Besar Myanmar untuk PBB Bersumpah Terus Perangi Kudeta

Halaman:

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com