Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Setelah Bebas dari Pemakzulan Kedua: Make America Great Again Baru Saja Dimulai

Kompas.com - 14/02/2021, 09:05 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

PALM BEACH, KOMPAS.com - Mantan Presiden AS Donald Trump langsung bereaksi setelah dinyatakan bebas dari upaya pemakzulan kedua.

Dalam pemungutan suara di Senat AS Sabtu (13/2/2021), sebanyak 57 senator mendukung agar presiden ke-45 AS itu dimakzulkan.

Dukungan itu juga termasuk tujuh senator Partai Republik. Adapun dibutuhkan 67 suara agar pemakzulan bisa terjadi.

Baca juga: Sah! Trump Kembali Bebas dari Sidang Pemakzulan Kedua

Dalam pernyataan setelah pemungutan suara, Trump mengeluhkan kubu Demokrat menjadikan hukum sebagai alat politik.

Dia mengeklaim menjadi juara penegakan hukum yang teguh. Menjadi representasi hak publik AS memperdebatkan masalah hukum tanpa kedengkian dan kebencian.

"Tak ada presiden yang mengalami ini sebelumnya. Terus berlanjut karena lawan tak bisa lupa 75 juta suara, suara tertinggi untuk presiden aktif," koar Trump.

Presiden ke-45 AS itu didakwa menyulut pemberontakan setelah kerusuhan yang terjadi Gedung Capitol pada 6 Januari lalu.

Saat itu, massa pendukungnya menyerbu Kongres AS yang tengah mengesahkan sertifikat kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS 2020.

Tepat sebelum kericuhan, massa berkumpul mengikuti pidato Save America di National Mall, beberapa menit dari Gedung Capitol.

Baca juga: Video 2015 Trump Diputar dalam Sidang Pemakzulan, Dukung Pendukungnya yang Serang Pria Kulit Hitam

Para suporter Trump mendengarkannya selama 70 menit, yang sempat meminta mereka "bertarung habis-habisan atau kalian takkan mempunyai negara lagi".

Dilansir Sky News Minggu (14/2/2021), kuasa hukum Trump Michael van der Veen menyerang Demokrat dengan menyebut mereka melakukan "perburuan penyihir paling inkonstitusional".

"Persidangan ini tak lebih dari upaya balas dendam politik melawan Tuan Trump yang dilakukan partai oposisi," kecamnya.

Van der Veen menyatakan, kliennya tak bisa disalahkan dalam kerusuhan itu karena meminta pendukungnya untuk beraksi dalam damai.

Meski begitu, Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell menyebut Trump bertanggung jawab secara moral atas insiden tersebut.

Baca juga: Kubu Demokrat Minta Trump Dimakzulkan, Ini Ancamannya jika Tak Terjadi

Dia sendiri memilih tak mendukung pemakzulan, beralasan Senat AS tidak mempunyai yurisdiksi memaksulkan mantan presiden.

Ini adalah kali pertama dalam sejarah "Negeri Uncle Sam", ada presiden yang sampai dimakzulkan sebanyak dua kali.

Upaya pertama terjadi pada Januari 2020, di mana dia didakwa menyalahgunakan kekuasaan dan menghalangi Kongres AS.

Dalam pernyatan lanjutan, Trump mengisyarakan dia bakal kembali ke panggung politik. "Pergerakan Make America Great Again yang bersejarah, indah, dan patriotik kita baru saja dimulai".

Dia menuturkan akan membagi lebih banyak hal ke pendukungnya dalam beberapa bulan ke depan, bercita-cita agar AS jadi negara yang hebat.

Baca juga: Setelah Dimakzulkan, Begini Akhir Drama Skandal Korupsi Mantan Presiden Korea Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com