Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog yang Kepalanya Dipenggal ISIS karena Lindungi Kota Kuno Palmyra Ditemukan

Kompas.com - 11/02/2021, 22:44 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

DAMASKUS, KOMPAS.com - Pihak berwenang Suriah yakin mereka telah menemukan mayat seorang arkeolog terkenal yang dibunuh oleh kelompok yang menamakan diri mereka Negara Islam (ISIS) pada tahun 2015, ketika arkeolog itu mencoba melindungi kota kuno Palmyra.

Militan ISIS secara terbuka memenggal kepala Khaled al-Asaad, 82 tahun, setelah dia menolak untuk mengungkapkan lokasi artefak berharga.

Media pemerintah melaporkan bahwa satu di antara tiga tubuh yang ditemukan di Kahloul, timur Palmyra, kemungkinan adalah tubuh Khaled al-Asaad.

Baca juga: Pemimpin Sayap Kanan Perancis Hadapi Ancaman Penjara Setelah Sebar Gambar Kekejaman ISIS

Tes DNA akan dilakukan untuk memastikan identitas mereka.

Pembunuhan brutal itu merupakan salah satu dari rangkaian kekejaman yang dilakukan oleh militan ISIS selama dua periode mereka menguasai situs Warisan Dunia Unesco.

Khaled al-Asaad mengabdikan lebih dari 50 tahun hidupnya untuk Palmyra, yang terletak di sebuah oasis di Gurun Suriah di timur laut Damaskus.

Arkeolog yang sangat dihormati itu pensiun sebagai kepala situs barang antik pada tahun 2003, tetapi dia terus melakukan penelitian di sana sampai wilayah itu jatuh ke tangan ISIS.

Tiga dari putra dan menantunya, yang juga arkeolog, melarikan diri ke ibu kota dengan membawa ratusan artefak berharga dari museum di kota modern terdekat, Tadmor, ketika para militan mendekat.

Tetapi Asaad bersikeras bahwa dia tidak akan meninggalkan rumahnya.

Baca juga: Setelah Tinggalkan Banyak Ranjau, ISIS Mundur dari Kota Palmyra

"Saya dari Palmyra," katanya, "dan saya akan tetap tinggal di sini bahkan jika mereka membunuh saya."

Asaad kemudian ditahan oleh ISIS dan diinterogasi tentang lokasi artefak lain yang disembunyikan.

Dia dipenggal di sebuah lapangan di Tadmor pada bulan Agustus setelah menolak untuk bekerja sama.

Aktivis menyebarkan foto yang konon menunjukkan tubuhnya diikat ke tiang, dengan plakat di sampingnya yang menuduhnya sebagai "direktur penyembahan berhala" Palmyra.

Direktur Jenderal Unesco saat itu, Irina Bokova, mengatakan pada saat itu bahwa ISIS telah membunuh Asaad "karena dia tidak akan mengkhianati komitmennya yang tinggi pada Palmyra".

Pada minggu-minggu setelah pembunuhannya, ISIS menghancurkan beberapa bagian ikonik Palmyra dari abad ke-1 dan ke-2 yang dianggap berkaitan dengan penyembahan berhala.

Baca juga: Drone Rusia Temukan Kerusakan Baru di Situs Kuno Palmyra

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com