Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Hukum Trump Sebut Pemakzulan Kedua sebagai 'Teater Politik'

Kompas.com - 09/02/2021, 18:11 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Sky News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Tim hukum mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa pemakzulan kedua terhadap Trump adalah bagian dari "teater politik".

Mereka juga menambahkan bahwa Demokrat telah mengeksploitasi kekacauan dan trauma serangan mematikan di Capitol bulan lalu demi melancarkan tujuan mereka sendiri.

Melansir Sky News, Selasa (9/2/2021), sehari sebelum persidangan dimulai di Senat, pengacara Trump mengajukan dokumen yang menyerang kasus tersebut dalam banyak hal.

Baca juga: Beberapa Jam Menuju Sidang Kedua Pemakzulan Trump, Berikut Kronologinya

Klaim mereka di antaranya mempermasalahkan pemilihan presiden pada November, di mana Trump disebut hanya menggunakan haknya dalam kebebasan berbicara di bawah Amandemen Pertama Konstitusi AS.

Terlebih lagi ketika Trump berbicara kepada para pendukungnya, Trump disebut mendorong pendukungnya agar memprotes secara damai.

Baca juga: Lewat Video Iklan, Black Lives Matter Serukan Dukungan Sidang Pemakzulan Trump

Hal itu menurut tim hukum Trump tidak bisa dikenai tanggung jawab atas kekacuan di Capitol.

Senat juga disebut tidak berhak mengadili Trump karena kini dia telah meninggalkan jabatannya. Tim hukum Trump juga menyangkal bahwa tujuan dari kasus ini adalah mengejar keadilan.

Sebaliknya, mereka menuduh Demokrat telah egois dengan mengeksploitasi perasaan ngeri dan bingung yang menimpa semua warga AS usai kerusuhan Capitol 6 Januari lalu.

Baca juga: Disebut Menikmati dan Jadi Dalang Kerusuhan Capitol AS, Ini Bantahan Trump

"Bukannya bertindak untuk menyembuhkan bangsa, atau setidaknya berfokus pada penuntutan para pelanggar hukum yang menyerbu Capitol, Ketua DPR dan sekutunya malah mencoba untuk memanfaatkan kekacauan saat itu untuk keuntungan politik mereka sendiri," demikian keterangan tim hukum Trump dikutip Sky News Selasa (9/2/2021).

Trump, yang hanya menghadapi satu tuduhan yakni "menghasut sehingga menciptakan pemberontakan", adalah presiden pertama yang dimakzulkan dua kali, dan satu-satunya yang menghadapi persidangan setelah meninggalkan Gedung Putih.

Lima orang, termasuk seorang wanita yang ditembak oleh polisi di dalam gedung dan seorang petugas polisi, tewas dalam penyerbuan di Capitol AS, serangan paling brutal terhadap Kongres dalam lebih dari 200 tahun.

Baca juga: Trump Disebut Lebih Bahagia Setelah Lengser dan Tidak “Main” Twitter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com