Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Usir Diplomat 3 Negara yang Dituduh Terlibat Aksi Dukung Navalny

Kompas.com - 06/02/2021, 05:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia usir 3 diplomat dari Jerman, Swedia, dan Polandia yang bergabung dalam aksi mendukung Alexei Navalny, yang dipenjara pada awal pekan ini.

Melansir BBC pada Jumat (5/2/2021), Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa 3 diplomat itu terlibat dalam "demonstrasi ilegal" pada 23 Januari.

Sementara itu, negara asal 3 diplomat itu mengutuk tindakan pemerintah Rusia, dan negara Uni Eropa yang lain, seperti Perancis mengungkapkan solidaritasnya.

Baca juga: Dari Balik Penjara, Navalny Minta Warga Rusia Kendalikan Rasa Takut

Pengusiran itu diumumkan beberapa jam setelah Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa bertemu dengan Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia di Moskwa.

Ratusan hingga ribuan massa mengambil bagian dalam aksi protes di seluruh Rusia yang mendukung Navalny pada 23 dan 31 Januari. Ribuan orang itu kemuadian ditangkap.

Jerman mengecam pengusiran sebagai "sama sekali tidak bisa dibenarkan" dan mengatakan tidakan itu tidak mungkin "tidak dibalas", jika Rusia tidak mempertimbangkan kembali langkahnya.

Swedia mengatakan klaim bahwa diplomatnya ikut serta dalam protes pada 23 Januari tidak berdasar dan mengatakan pihaknya berhak atas tanggapan yang sesuai.

Baca juga: Putusan 2,5 Tahun Penjara untuk Alexei Navalny, Kembali Memicu Protes di Seluruh Rusia

Polandia mengatakan pengusiran itu dapat mengarah pada "krisis yang semakin dalam terhadap hubungan bilateral".

Borrell, atas nama Uni Eropa, mengatakan dia "mengecam keras keputusan ini dan menolak tuduhan bahwa mereka melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan status mereka sebagai diplomat asing".

Namun, Lavrov mengatakan sanksi apa pun dari Eropa atas perlakuan Rusia terhadap Navalny, tidak sah.

Baca juga: Kanselir Jerman Mengutuk Hukuman Penjara yang Dijatuhkan terhadap Navalny

Siapa Navalny?

Navalny (44 tahun) adalah seorang aktivis politik yang mengkampanyekan melawan korupsi dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, sejak 2011.

Pada akhir Agustus dia keracunan dengan sebuah agen saraf saat berada di Rusia timur. Kemudian, ia dibawa ke Jerman utnuk perawatan.

Ia kembali ke rumah pada akhir Januari, meski ada perigatan dari pemerintah Rusia, bahwa dia akan ditangkap.

Dia dijatuhi hukuman penjara 3,5 tahun untuk apa yang menurut jaksa ia telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan hukuman percobaan karena penipuan pada 2014.

Navalny menuduh Putin menjalankan pemerintahan yang penuh korupsi dan mengatur serangan racun yang hampir membunuhnya.

Baca juga: Mantan Teman Tanding Judo Putin Klaim Miliki Istana Mewah yang Dituduh Navalny Punya Sang Presiden

Tak lama setelah kembali ke Rusia, Navalny merilis video YouTube yang menampilkan istana Laut Hitam yang mewah, yang menurutnya merupakan hadiah miliarder Rusia kepada presiden.

Lebih dari 100 juta orang telah menonton video tersebut.

Putin telah membantah kepemilikan bangunan itu.

Minggu lalu Arkady Rotenberg, seorang pengusaha miliarder yang dekat dengan Putin, mengungkapkan ke publik untuk mengatakan dia yang membeli istana itu dua tahun lalu.

Navalny akan kembali ke pengadilan pada 12 Februari atas tuduhan mencemarkan nama baik seorang veteran Perang Dunia II.

Baca juga: Polisi Rusia Geledah Rumah dan Tahan Saudara Alexei Navalny

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com