RIYADH, KOMPAS.com - Dalam sepekan belakangan, dua proyektil misterius berhasil diblokir oleh sistem pertahanan udara Arab Saudi saat terbang di atas ibu kota Riyadh.
Saluran media milik negara mengatakan sebuah proyektil telah dicegat dan pada Selasa (26/1/2020), namun ledakan terdengar lagi di kota itu sekitar tengah hari.
Di masa lalu, serangan pesawat nirawak (drone) di dekat atau ke negara Teluk telah dikaitkan dengan organisasi Houthi, yang berperang melawan Arab Saudi di Yaman.
Baca juga: Italia Cabut Permanen Pejualan Senjata ke Arab Saudi dan UEA
Tapi kali ini berbeda. Houthi membantah bertanggung jawab.
Setelah serangan udara tersebut, sebuah kelompok yang berbasis di Irak bernama Alwiya Alwaad Alhaq mengeluarkan pernyataan di saluran media sosial yang menyampaikan berita dari kelompok paramiliter Irak yang dikenal sebagai PMF.
Pesan berbahasa Inggris itu mengatakan grup yang baru dibentuk ini secara terbuka menjadikan Arab Saudi sebagai target pesawat bunuh diri tanpa awak.
Asi tersebut merupakan balas dendam atas bom bunuh diri baru-baru ini di pasar Baghdad, Irak, yang menewaskan lebih dari 30 orang.
Baca juga: Pria di Arab Saudi Pinjam Uang Istri Rp 450 Juta untuk Menikah Lagi
Dalam pesannya, kelompok ini menuduh bahwa Arab Saudi, mensponsori kelompok ekstremis ISIS yang mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan pada tanggal 21 Januari di Baghdad.
Sebagian besar kelompok PMF di Irak adalah muslim Syiah, dan beberapa bersekutu erat dengan Iran yang mayoritas berhaluan Syiah.
"Arab Saudi adalah lapangan bermain baru untuk serangan drone dan rudal," lanjut pesan itu.
"MBS (Mohammed bin Salman) harus tidur dengan satu mata terbuka mulai sekarang," tambahnya, mengacu pada julukan populer Putra Mahkota Arab Saudi.
Meskipun milisi yang didukung Iran ini juga diduga berada di balik serangan drone dan rudal pada September 2019 di fasilitas minyak Aramco milik Saudi, ini adalah kali pertama mereka secara terbuka mengklaim bertanggung jawab atas hal seperti ini.
Baca juga: Ledakan Besar di Arab Saudi, Kelompok Tak Dikenal Mengeklaim Bertanggung Jawab
Ini adalah fenomena yang sangat baru, ujar Hamdi Malik, peneliti yang berbasis di London di Washington Institute for Near East Policy, yang berfokus pada kelompok paramiliter Irak.
"Kami belum pernah mendengar kelompok Irak ini mengklaim serangan atas wilayah ini sebelumnya," tutur Malik.
Dalam setahun terakhir, semakin banyak grup baru bermunculan dari grup PMF yang lebih besar di Irak.