Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Kue-kue Italia yang Bentuknya Tak Senonoh

Kompas.com - 24/01/2021, 13:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Oliveri membuat kulit itu dari bahan-bahan dasar. Dia menyiapkan adonan, memotongnya menjadi lingkaran, membungkusnya pada cetakan berbentuk lonjong, lalu kemudian menggorengnya.

Baca juga: Curhat Dilarang Masuk Museum karena Payudara Terlihat, Gadis Ini Dihujat Netizen

Pada hari saat saya berbincang dengannya lewat sambungan telepon, Oliveri baru saja selesai membuat 900 kulit cannoli.

Menurutnya, cannoli buatan tangan lebih enak daripada cannoli yang diproduksi secara massal. Yang dibuat sendiri, kata dia, langsung digoreng dan dijual pada hari yang sama sehingga kerenyahan dan rasanya tetap terjaga.

Corrado Assenza, koki pastri dan pemilik Caffè Sicilia, adalah pewaris pembuatan kue Sisilia modern. Assenza merupakan salah satu figur yang diulas dalam serial Netflix, Chef's Table.

Jika koki pastry lain membuat beberapa jenis cannoli, seperti menggulung kulitnya dalam butiran kacang pistachio atau menggunakan isian ricotta rasa cokelat, Assenza mengikuti resep tradisional yang lebih sederhana.

Dia mengisi cangkang cannoli sesuai pesanan sehingga kulitnya tetap renyah.

"Cannoli telah menjadi ikon Sisilia," kata Assenza.

"Dan bagi saya itu adalah perwujudan budaya makanan kontemporer, dalam versi yang kami buat di Caffe Sicilia."

Assenza menekankan, bahan-bahan yang bagus sangat penting untuk cannoli yang lezat. Selama lebih dari 20 tahun, misalnya, dia menggunakan ricotta yang dibuat oleh Franzo Spada, seorang penggembala lokal dan pemilik produk susu La Pecora Nera.

Spada menerapkan cara kuno untuk menggiring domba ke daerah penggembalaan musiman. Dia yakin, pencarian makanan yang lebih baik mendorong produksi susu yang lebih baik pula.

Dan karena itu, kata Assenza, ricotta yang diproduksi juga akan lebih baik.

"Ricotta yang diantarkan ke kafe kami tiga kali seminggu adalah warisan tradisi yang unik," ujarnya.

"Tidak ada yang mengganggu cangkang dan isiannya karena Anda perlu menyisakan ruang untuk tepung, ricotta dan bahan lainnya, untuk menjadi mahakarya mungil."

Baca juga: Payudara Besar Sebelah, Gadis Ini Tolak Operasi Gratis dan jadi YouTuber

Selama ratusan tahun, warga Sisilia mengganti isian dan bahan dasar cannoli. Panganan ini semakin beragam saat popularitasnya terpencar ke berbagai negara.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Selama ratusan tahun, warga Sisilia mengganti isian dan bahan dasar cannoli. Panganan ini semakin beragam saat popularitasnya terpencar ke berbagai negara.
Terlepas dari yang dibuat oleh orang-orang yang mengagungkan cara-cara tradisional seperti Assenza dan Oliveri, bahan dasar dan cita rasa cannoli di Sisilia telah berubah dari waktu ke waktu.

Penyebabnya adalah kemajuan teknologi dan pengaruh budaya lain, terutama karena panganan ini sudah menyebar ke seluruh dunia.

Saat ini Anda dapat menemukan variasi seperti cannoli multi rasa di Little Italy New York atau kafe Boston's North End, serta yang isiannya sirup gula dan bacon di Swedia.

Namun terlepas dari penyimpangan dari resep aslinya, struktur cannoli yang membuatnya sangat sulit untuk dimakan tanpa berantakan tetap sama.

"Jika cannoli sudah berumur lebih dari 1.000 tahun, itu tercapai makanan ini memenuhi rasa yang muncul di setiap zaman," kata Assenza.

"Saya berharap itu akan tetap menjadi hidangan penutup populer yang akan dibeli banyak orang," tuturnya.

Baca juga: Italia Mencari Insinyur Untuk Bangun Kembali Lantai Colosseum Roma

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com