Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR AS: Trump dapat Terseret dalam Kasus Pembunuhan di Gedung Capitol

Kompas.com - 21/01/2021, 06:25 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengatakan bahwa Presiden Donald Trump dapat dianggap bersekongkol terhadap pembunuhan dalam kerusuhan di Gedung Capitol

Lantaran, peran presiden AS ke-45 itu dalam menghasut massa "Make America Great Again" (MAGA) dalam kerusuhan di Gedung Capitol, yang menyebabkan 5 orang tewas, termasuk seorang petugas kepolisian di sana.

"Kata-kata presiden itu penting. Dan jika Donald Trump berbicara dengan mereka, mereka akan percaya itu dan mereka menggunakan ucapan itu untuk datang ke sini (Gedung Capitol)," ujar Pelosi seperti yang dilansir dari Daily Mail pada Rabu (20/1/2021).

Baca juga: Siaga 24 Jam, Gedung Capitol Berubah Jadi “Barak” Garda Nasional AS

"Ketika kita berbicara tentang 'apakah ada rekan kita yang terlibat?' Nah, itu masih perlu dilihat. Kita harus mendapatkan buktinya," lanjut ungkapnya.

"Dan jika mereka melakukannya, mereka bersekongkol dengan kejahatan itu. Dan kejahatannya, dalam beberapa kasus adalah pembunuhan," imbuhnya kepada MSNBC pada Selasa malam waktu setempat (19/1/2021).

Pelosi telah memimpin pemungutan suara terhadap Trump sepekan setelah serangan di Gedung Capitol, yang hasilnya membuat pria 74 tahun itu menjadi presiden pertama yang dimakzulkan 2 kali.

Baca juga: Ikut Kerusuhan Gedung Capitol, 2 Polisi Ini Akhirnya Diringkus

DPR menuduh Presiden Trump dengan "penghasutan pemerontakan" dalam kerusuhan pada  6 Januari dengan menjaga narasi pemilu AS 2020 dicurangi dihadapan massa pendukungnya. 

Bahkan beberapa Republikan menyalahkan Trump atas kekerasan di Gedung Capitol.

Pemimpin Senat Republik, Mitch McConnell mengecam Trump pada Selasa (19/1/2021), dengan mengatakan presiden bertanggung jawab atas tindakan  "memprovokasi" massa MAGA.

Baca juga: Jaksa: Massa Pro-Trump Ingin Tangkap dan Bunuh Pejabat Terpilih AS di Kerusuhan Gedung Capitol

"Massa itu diberi kebohongan. Mereka diprovokasi oleh presiden dan orang-orang kuat lainnya," katanya dalam pidato dramatis di lantai Senat.

"Mereka (massa) mencoba menggunakan ketakutan dan kekerasan untuk menghentikan proses spesifik dari cabang pertama pemerintah federal (Kongres), yang tidak mereka sukai," lanjut McConnell.

"Tapi, kami terus maju. Kami berdiri bersama dan mengatakan massa yang marah tidak akan mendapatkan hak veto atas supremasi hukum di negara kami," tandasnya.

Baca juga: Gedung Capitol Ditutup, Washington DC bak Zona Perang Jelang Pelantikan Joe Biden

Sejak pendukung Trump menyerbu Capitol pada 6 Januari, aparat keamanan semakin siaga atas ancaman apa pun yang mengintai Biden serta pendukungnya, seperti yang telah diberitakan Kompas.com sebelumnya.

Kekhawatiran timbul akan ada lebih banyak kekerasan dan kerusuhan terkait hasil Pemilihan Presiden 2020.

Menjelang pelantikan Joe Biden, akses sebagian besar lalu lintas ke Washington DC diblokir. Selama dua hari jembatan utama menuju ke sana juga ditutup.

Gedung Capitol, Gedung Putih, dan gedung-gedung utama lainnya akan dibarikade dan dijaga lebih dari 20.000 personel Garda Nasional bersenjata.

Baca juga: Di Malam Terakhir sebagai Presiden AS, Trump Lakukan Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com