Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Kaki ke AS Melalui Guatemala, Migran Honduras Bentrok dengan Aparat

Kompas.com - 18/01/2021, 18:49 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

"Siapa pun yang ingin memasuki Guatemala membutuhkan dokumen perjalanan resmi dan tes Covid-19 negatif," katanya dalam sebuah video.

Diaz mengklaim informasi intelijen menunjukkan bahwa anggota geng kejahatan terorganisir telah menyusup dalam kelompok migran.

Menurut otoritas migrasi, hampir 1.400 orang dari karavan sebelumnya telah dikembalikan ke Honduras pada Minggu, termasuk 192 anak-anak.

Para pejabat mengatakan sedikitnya 6.000 orang telah tiba di Vado Hondo, dari sekitar 9.000 orang yang meninggalkan Honduras dalam beberapa hari terakhir.

Kelompok pertama berisi pria, wanita dan anak-anak. Banyak dari mereka mengenakan masker karena pandemi. Mereka melewati polisi di perbatasan di El Florido pada Jumat, kata seorang koresponden AFP.

Seorang pejabat polisi mengatakan kelompok pertama diizinkan masuk Guatemala karena ada banyak keluarga dengan anak-anak. Mereka mengatakan petugas khawatir gas air mata bisa menimbulkan korban.

Aparat perbatasan meminta surat-surat kepada para migran dan bukti tes virus corona negatif. Tetapi tampaknya banyak juga yang dibiarkan, meski tidak memenuhi persyaratan itu.

Mereka tertahan di Vado Hondo sejak Sabtu malam, kemajuan perjalanan mereka melambat karena medan pegunungan.

Baca juga: Presiden Honduras Umumkan Terinfeksi Virus Corona

Supremasi hukum

Pemerintah Guatemala dalam sebuah pernyataan mengecam apa yang dikatakannya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasionalnya.

Pemerintah Honduras didesak untuk "menahan kepergian besar-besaran penduduknya, melalui tindakan pencegahan permanen."

Para migran mengharapkan sambutan baik di Amerika Serikat dibawah pemerintahan Joe Biden, setelah bertahun-tahun kebijakan anti-imigran yang keras diterapkan Donald Trump.

Tetapi pihak berwenang AS telah memperingatkan kelompok tersebut.

Mark Morgan, Pejabat Komisaris Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, mendesak para migran pekan lalu untuk tidak membuang waktu dan uang mereka.

“Komitmen AS terhadap supremasi hukum dan kesehatan masyarakat tidak terpengaruh oleh perubahan administrasi,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Guatemala, Meksiko dan Honduras memiliki kesepakatan dengan AS untuk menghentikan arus migrasi ke utara.

Lebih dari selusin karavan berisi ribuan migran, telah berangkat dari Honduras sejak Oktober 2018.

Tapi semuanya berhadapan dengan ribuan penjaga perbatasan AS dan tentara di bawah perintah Trump, yang menyebut beberapa imigran dari Meksiko sebagai "pemerkosa" dan penjahat.

Pemerintah Meksiko mengatakan tidak akan mengizinkan masuknya karavan migran mana pun secara ilegal. Sebanyak 500 petugas imigrasi telah dikerahkan ke negara bagian perbatasan Chiapas dan Tabasco.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com