Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Kaki ke AS Melalui Guatemala, Migran Honduras Bentrok dengan Aparat

Kompas.com - 18/01/2021, 18:49 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

GUATEMALA CITY, KOMPAS.com - Aparat keamanan Guatemala memukul mundur ribuan migran Honduras yang mencoba menerobos perbatasan untuk mencapai Amerika Serikat (AS).

Melansir AFP pada Minggu (17/1/2021), pasukan keamanan mengepung karavan migran di sebuah jalan di kota Vado Hondo, Guatemala Tenggara, dekat perbatasan dengan Honduras.

Mereka kemudian menembakkan gas air mata untuk membubarkan kelompok yang berniat menuju “Negeri Paman Sam” dengan berjalan kaki tersebut.

Di tengah ledakan gas dan tabung asap yang memekakkan telinga, banyak migran mundur. Beberapa menunggu di dekat lokasi bentrokan untuk melakukan upaya baru nanti. Sementara yang lain melarikan diri ke pegunungan terdekat.

Beberapa menjatuhkan barang-barang mereka berserakan saat lari dari bahaya.

Tentara berseragam dengan pentungan dan perisai plastik memukul mundur satu kelompok yang mencoba menerobos barisan pengamanan.

Seorang pejabat kesehatan daerah, yang tidak menyebutkan namanya, mengatakan beberapa migran dipukul dan terluka.

Pasukan keamanan Guatemala berada di bawah perintah ketat, untuk tidak membiarkan siapa pun lewat. Alasannya untuk mengendalikan penyebaran virus corona.

Sementara migran Honduras mengatakan mereka putus asa untuk keluar dari kemiskinan, pengangguran, kekerasan geng dan narkoba. Apalagi dua badai dahsyat baru menimpa negara Amerika Latin itu akhir tahun lalu.

Para migran berangkat dari Honduras minggu lalu. Mereka bermaksud melintasi Guatemala dan Meksiko untuk mencapai AS, menempuh perjalanan ribuan kilometer yang sulit.

"Mereka tidak punya hati, kami mempertaruhkan nyawa kami," keluh Dixon Vazquez, 29 tahun. Dia memohon kepada pemerintah Guatemala untuk membiarkan kelompok itu terus berjalan.

"Tidak ada pekerjaan di Honduras," katanya.

Baca juga: Kondisi Honduras Memprihatinkan, Lebih dari 8.000 Orang Nekat Migrasi ke AS Melalui Perbatasan Guatemala

Tidak ada pekerjaan ataupun makanan

Dania Hinestrosa, seorang pekerja rumah tangga berusia 23 tahun bermigrasi dengan putrinya. Dia mengatakan terpaksa meninggalkan satu anak lagi berusia tiga dan anak kembar berusia empat tahun di Honduras.

"Kami tidak punya pekerjaan, atau makanan, jadi saya memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat," kata Hinestrosa.

Tetapi Kepala Migrasi Guatemala, Guillermo Diaz pada Sabtu bersikeras kelompok itu tidak akan bisa lewat, dan mendesak para migran untuk kembali.

"Siapa pun yang ingin memasuki Guatemala membutuhkan dokumen perjalanan resmi dan tes Covid-19 negatif," katanya dalam sebuah video.

Diaz mengklaim informasi intelijen menunjukkan bahwa anggota geng kejahatan terorganisir telah menyusup dalam kelompok migran.

Menurut otoritas migrasi, hampir 1.400 orang dari karavan sebelumnya telah dikembalikan ke Honduras pada Minggu, termasuk 192 anak-anak.

Para pejabat mengatakan sedikitnya 6.000 orang telah tiba di Vado Hondo, dari sekitar 9.000 orang yang meninggalkan Honduras dalam beberapa hari terakhir.

Kelompok pertama berisi pria, wanita dan anak-anak. Banyak dari mereka mengenakan masker karena pandemi. Mereka melewati polisi di perbatasan di El Florido pada Jumat, kata seorang koresponden AFP.

Seorang pejabat polisi mengatakan kelompok pertama diizinkan masuk Guatemala karena ada banyak keluarga dengan anak-anak. Mereka mengatakan petugas khawatir gas air mata bisa menimbulkan korban.

Aparat perbatasan meminta surat-surat kepada para migran dan bukti tes virus corona negatif. Tetapi tampaknya banyak juga yang dibiarkan, meski tidak memenuhi persyaratan itu.

Mereka tertahan di Vado Hondo sejak Sabtu malam, kemajuan perjalanan mereka melambat karena medan pegunungan.

Baca juga: Presiden Honduras Umumkan Terinfeksi Virus Corona

Supremasi hukum

Pemerintah Guatemala dalam sebuah pernyataan mengecam apa yang dikatakannya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasionalnya.

Pemerintah Honduras didesak untuk "menahan kepergian besar-besaran penduduknya, melalui tindakan pencegahan permanen."

Para migran mengharapkan sambutan baik di Amerika Serikat dibawah pemerintahan Joe Biden, setelah bertahun-tahun kebijakan anti-imigran yang keras diterapkan Donald Trump.

Tetapi pihak berwenang AS telah memperingatkan kelompok tersebut.

Mark Morgan, Pejabat Komisaris Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, mendesak para migran pekan lalu untuk tidak membuang waktu dan uang mereka.

“Komitmen AS terhadap supremasi hukum dan kesehatan masyarakat tidak terpengaruh oleh perubahan administrasi,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Guatemala, Meksiko dan Honduras memiliki kesepakatan dengan AS untuk menghentikan arus migrasi ke utara.

Lebih dari selusin karavan berisi ribuan migran, telah berangkat dari Honduras sejak Oktober 2018.

Tapi semuanya berhadapan dengan ribuan penjaga perbatasan AS dan tentara di bawah perintah Trump, yang menyebut beberapa imigran dari Meksiko sebagai "pemerkosa" dan penjahat.

Pemerintah Meksiko mengatakan tidak akan mengizinkan masuknya karavan migran mana pun secara ilegal. Sebanyak 500 petugas imigrasi telah dikerahkan ke negara bagian perbatasan Chiapas dan Tabasco.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com