Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa di Malaysia Pakai Ekskavator untuk Evakuasi Korban Banjir

Kompas.com - 07/01/2021, 20:58 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

KAMPUNG SEMENTEH, KOMPAS.com - Penduduk sebuah desa di Malaysia yang terdampak banjir, dievakuasi dengan ekskavator lalu yang lainnya menyelamatkan diri dengan berenang.

Proses evakuasi itu dilakukan pada Rabu (6/1/2021). Jumlah korban banjir yang diungsikan mencapai 28.000 orang, dengan korban tewas setidaknya 4 warga.

Banjir Malaysia melanda pantai timur negara itu tiap musim hujan, dan selalu berujung evakuasi massal.

Baca juga: Malaysia Geger, Wajah Raja Dijadikan Meme oleh Akun @bukan_bangjago

Meski begitu, orang-orang di beberapa daerah mengatakan tahun ini adalah yang terburuk selama puluhan tahun.

Negara bagian dengan dampak terparah adalah Pahang, dengan lebih dari 21.000 orang yang dievakuasi dalam beberapa hari terakhir.

Kemudian sekitar 4.000 orang terpaksa mengungsi di Johor, dan masih banyak ribuan lagi di negara bagian lain, menurut Departemen Kesejahteraan Sosial Malaysia.

Sebanyak empat kematian yang dilaporkan sejauh ini berada di Pahang dan Johor.

Baca juga: Cuci Ban Lamborghini dengan Sampanye Seharga Rp 3,7 Juta, Anak Miliarder Ini Banjir Kecaman

Pada Rabu sekelompok warga desa dievakuasi dari permukiman kecil Kampung Sementeh di Pahang dengan satu unit ekskavator, menurut jurnalis AFP di lokasi.

Seorang ibu hamil dan nenek yang sakit termasuk di antara segelintir warga yang duduk di alat berat tersebut, sedangkan para pria ada yang berdiri atau berpegangan di sisi luar.

Sementara itu warga-warga dari desa lain berenang mengarungi banjir sedalam sekitar 1,8 meter, agar bisa mendapat persediaan makanan dan air bersih.

"Sudah tiga hari hujan, makanan menipis, toko-toko tutup," kata buruh pabrik bernama Juzaili Mat Zain (44) yang membantu evakuasi dengan ekskavator di Kampung Sementeh, kepada AFP.

"Tidak ada perahu dari pemerintah atau truk besar yang bisa membantu," lanjutnya.

Baca juga: Koroner Malaysia Tetapkan Kematian Nora Quoirin sebagai Kecelakaan

Listrik di desa itu juga padam dan beberapa rumah tergenang air, tambahnya.

Warga lain bernama Ahmad Saad Mohamad (48) mengatakan, ini banjir terburuk di daerahnya selama 40 tahun.

"Kami kecewa dan kesal. Sudah tiga hari dan belum ada bantuan pemerintah," keluhnya.

Banjir tahun ini diperparah dengan risiko penularan virus corona, termasuk di tempat-tempat pengungsian.

Pemerintah "Negeri Jiran" bersikeras sudah mengambil langkah-langkah pencegahan Covid-19, termasuk memerintahkan petugas memeriksa warga yang dievakuasi.

Baca juga: Viral Foto Iklan Kopi Terbaca Aroma Punggung yang Memikat di Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com