Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intelijen Uni Eropa: Brexit Bisa Buka Celah Ancaman Terorisme

Kompas.com - 01/01/2021, 12:54 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Inggris tidak akan lagi memiliki akses ke banyak database penting untuk memerangi kejahatan transnasional dan terorisme, setelah resmi keluar dari Uni Eropa pada Jumat (1/1/2020).

Sejauh ini kesepakatan Brexit dengan badan keamanan dan regulator Eropa gagal mencapai kesepakatan tentang penggunaan kumpulan data UE.

Situasi tersebut, menurut pejabat intelijen UE, akan memaksa pejabat keamanan di kedua sisi bekerja lebih keras dan kurang efisien. Khususnya dalam keperluan pemeriksaan nama, paspor, riwayat perjalanan, catatan kriminal, dan alat investigasi lainnya, untuk melacak tersangka yang bergerak di sekitar Eropa dan antara Uni Eropa dan Inggris.

"Sistem Schengen sendiri diakses lebih dari 500 juta kali setahun oleh pejabat Inggris. Tetapi besok rata-rata 1,6 juta permintaan informasi harian akan berhenti dan pejabat Inggris akan dipaksa mengumpulkan semua informasi dari sumber lain," kata Pejabat Senior Anti-terorisme Belgia.

"Informasi ini pasti dapat ditemukan, tetapi tujuan dari sistem dan basis data ini adalah kecepatan dan pengelolaan yang tepat dari aliran informasi yang sangat besar."

Sistem "Schengen" mengacu pada 26 negara Eropa, yang telah menghapus semua kontrol perbatasan.

Baca juga: Daftar 23 Negara Anggota Schengen yang Terapkan Kontrol Perbatasan Internal

Ancaman Keamanan

Brexit akan merugikan penyelidikan dan pencegahan kejahatan terorganisir dan terorisme, kata pejabat keamanan, yang karena tugasnya tidak memungkinkan berbicara secara terbuka kepada media, melansir Business Insider pada Kamis (31/12/2020).

Dua pejabat senior anti-terorisme Eropa juga mengatakan tidak dimasukkannya aturan terkait akses ke sistem Europol, sebagai kegagalan perjanjian Brexit Inggris.

Padahal itu penting untuk melacak buronan dan surat perintah penangkapan internasional.

Kondisi saat ini dikhawatirkan akan merugikan penyelidikan, dan pencegahan kejahatan terorganisir dan terorisme sampai kesepakatan baru tercapai.

Sistem Eropa menggabungkan sistem internasional Interpol dengan basis data kriminal UE, serta basis data ekstensif dari semua wisatawan kawasan Schengen.

"Ini agak mendemoralisasi karena dalam kasus database Schengen, ini adalah proyek yang telah dikerjakan dengan cermat oleh semua negara anggota UE sejak 2015, untuk menutup celah dalam sistem keamanan yang terungkap dalam serangan teror dari 2014 hingga 2016," kata pejabat Belgia itu.

Sumber tersebut menyelidiki serangan November 2015 di Paris serta serangan Maret 2016 di Brussel oleh sel anggota ISIS Belgia.

Baca juga: Austria Keluarkan Berbagai Langkah Ketat Anti-terorisme Pasca terjadi Serangan di Wina

Setelah serangan Paris, yang menewaskan 137 orang dalam berbagai insiden termasuk kelab malam Bataclan, para pejabat UE terkejut mengetahui bahwa para pelaku telah diketahui oleh penegak hukum sebagai anggota ISIS.

Tapi, pelaku yang juga warga Eropa itu, tidak diketahui telah kembali ke Eropa dari Suriah. Dia berhasil bersembunyi di dalam aliran besar pengungsi yang masuk ke Eropa pada saat itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com