Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Ini Menangkan Hukum Lawan 3 Tentara Myanmar Pemerkosanya

Kompas.com - 18/12/2020, 17:42 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

Di masa lalu, pendekatannya adalah dengan menolak klaim pemerkosaan secara langsung, dan dalam beberapa kasus tentara mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap korban, katanya.

"Ini akan membutuhkan lebih dari satu kasus untuk meyakinkan kami bahwa semacam perubahan telah tercapai," kata Robertson kepada AFP, seraya menambahkan bahwa pengadilan militer diadakan di balik pintu tertutup.

Baca juga: Lucuti Hak Pilih Etnis Minoritas Termasuk Rohingya, Pemilu Myanmar Dinilai Apartheid

Hampir enam bulan berlalu, Thein Nu masih mengingat dengan jelas malam cobaan beratnya itu.

Saat senja tiba, tembakan meletus di desanya, dan dia bersembunyi bersama putri dan cucunya di rumah ibu mertuanya bersama perempuan dan anak-anak lainnya.

Menjelang tengah malam, empat tentara menyerbu ke dalam rumah dan menemukan tempat persembunyian mereka setelah bayi mulai menangis.

"Saya menyadari bahwa saya tidak bisa melarikan diri dari tiga pria yang lebih kuat dari saya," katanya.

Setelah serangan itu, Thein Nu dan anak-anaknya melarikan diri dari desa dan menuju Sittwe, di mana dia membuat keputusan yang menyakitkan untuk mengejar keadilan.

Dengan disingkirkannya tiga pemerkosa, Thein Nu ingin perwira senior keempat, untuk menghadapi keadilan juga, yang dia yakini bisa menghentikan serangan saat itu.

Baca juga: Pemilu Myanmar: Etnis Minoritas Dipinggirkan, Untungkan Jenderal dan Partai Besar

Harapan untuk keberanian

Sejak hukuman dijatuhkan, lebih banyak korban pemerkosaan yang datang untuk mencari bantuan hukum, menurut Nyo Aye, ketua Jaringan Wanita Arakan, yang memberikan bantuan hukum, konseling, dan perlindungan kepada Thein Nu dan keluarganya.

"Saat ini, kami tetap berharap...untuk kasus serupa yang terjadi di daerah etnis lain di seluruh negeri," kata Nyo Aye.

Pengadilan juga memberitahukannya bahwa persidangan akan dilanjutkan terhadap prajurit keempat, yang saat itu berdiri di dekat tempat kejadian pemerkosaan.

Untuk saat ini, Thein Nu mendapati stigma sosial yang mendalam setiap hari terkait dirinya yang menjadi korban pemerkosaan di Myanmar.

Suaminya, yang bekerja di Thailand, telah meninggalkannya dan berhenti mengirim bantuan keuangan keluarga.

"Karena saya diam-diam menderita rasa sakit itu, saya hanya bisa berharap dia secara bertahap akan memahami saya," katanya kepada AFP.

Namun, dia terhibur dengan harapan bahwa kesuksesannya di pengadilan dapat mendorong orang lain untuk maju daripada bersembunyi karena malu.

"Saya ingin mendorong semua gadis di Rakhine yang menderita karena ini (pemerkosaan) untuk mengatakan kebenaran alih-alih merasa malu dan menyembunyikannya," katanya.

"Jadilah seperti saya, jadilah pemberani dan berani," pungkasnya. 

Baca juga: Pemilu Myanmar Tinggal Menghitung Hari, Aung San Suu Kyi Kemungkinan Menang Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com