"Kami berharap masyarakat internasional dan semua negara di dunia melawan tindakan sembrono oleh rezim di Gedung Putih, dan berbicara dengan satu suara," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh pada jumpa pers di Teheran.
Baca juga: [KALEIDOSKOP 2020] Perang Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh dan Senjata yang Dipakai
6. Terbunuhnya ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Israel dan AS diduga sebagai dalangnya
Pembunuhan terhadap Soleimani masih begitu membekas bagi petinggi Iran, dan seakan tak cukup, kematian salah satu ilmuwan nuklir terkemuka mereka, Mohsen Fakhrizadeh, juga menjadi pukulan telak.
Fakhrizadeh, sang ilmuwan nuklir top tewas dalam serangan yang menargetkannya di dalam mobil pada Jumat, 27 November 2020.
Melansir AFP, Wakil Komandan Garda Revolusi Iran, Laksamana Muda Ali Fadavi, pada awal Desember mengatakan kepada media lokal Iran, Mehr News tentang bagaimana Fakhrizadeh dieksekusi.
Fadavi mengatakan Fakhrizadeh dibunuh dengan satelit yang memiliki kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Dia menambahkan bahwa senapan mesin awalnya “memperbesar” wajah Fakhrizadeh lalu mengirim sinyal kepada satelit.
Satelit dengan AI tersebut akhirnya mengirim sinyal kembali kepada senapan mesin itu untuk menembakkan 13 peluru.
Senapan mesin itu sendiri dipasang pada pikap Nissan dan hanya terfokus pada wajah Fakhrizadeh sedemikian rupa.
Sehari usai insiden fatal itu, Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel sebagai tentara bayaran dengan AS sebagai dalangnya.
Melansir AFP, Rouhani mengatakan, "Sekali lagi, tangan jahat dari arogansi global dengan rezim Zionis, sebagai tentara bayaran, telah ternoda dengan darah putra bangsa ini."
Pasca kematian Fakhrizadeh, sebuah opini keras di media Kayhan muncul pada Minggu, 29 November 2020 yang menyarankan agar pemerintah Iran menyerang pelabuhan Haifa, Israel.
Serangan itu dianggap perlu apabila Israel terbukti melakukan serangan terhadap Fakhrizadeh. Pemerintah Iran diharapkan agar menyerang fasilitas tersebut agar menimbulkan banyak korban jiwa.
Tak lama berselang, pada awal Desember ini, beberapa detail baru mengenai fakta pembunuhan Fakhrizadeh pun terkuak. Badan intelijen Israel, Mossad dituduh atas pembunuhan tersebut.
Sebanyak 62 orang termasuk penembak jitu dan pengendara sepeda motor bersenjata api dan bom diduga terlibat dalam eksekusi terhadap Fakhrizadeh.
Baca juga: Iran Tolak Persyaratan Joe Biden untuk Capai Kesepakatan Nuklir
7. Kapan ketegangan konflik Iran-AS menurun?
Dengan terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat selanjutnya, kemungkinan besar ketegangan Iran-AS menurun cukup besar.
Hal ini bisa dilihat dari rencana Biden yang ingin menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran, setelah sebelumnya dicederai oleh AS di bawah kepemimpinan Trump pada 2018.
Sejak awal pencalonannya sebagai kandidat presiden, Biden telah menyeru kepada pemerintah AS untuk menghapus sanksi terhadap Iran di tengah pergolakan negara itu melawan Covid-19.
Melansir AFP, pada awal Maret Biden sempat mengungkapkan bahwa pemerintah AS harusnya menyiapkan saluran khusus bagi bank dan perusahaan lain agar dapat beroperasi di Iran dan mengeluarkan izin untuk perdagangan obat-obatan serta alat kesehatan.
Jika Iran tidak bersikeras menolak tawaran Biden yang mungkin akan menerapkan rencananya melakukan normalisasi melalui kesepakatan nuklir, ketegangan AS-Iran bisa jadi menurun.
Namun, jika sebaliknya, konflik Iran-AS dapat dipastikan menemui jalan buntu dan atau, lebih parah lagi meningkat, sementara kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19 di Iran juga tak dapat dikendalikan.
Dilengkapi dari berbagai tulisan yang ditayangkan jurnalis Kompas.com; Ardi Priyatno Utomo, Ahmad Naufal Dzulfaroh, Aditya Jaya Iswara, Shintaloka Pradita Sicca, Danur Lambang Pristiandaru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.