Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Selatan Hadapi Gelombang Ketiga Covid-19, Moon Jae-in Umumkan Keadaan Darurat

Kompas.com - 14/12/2020, 18:46 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Korea Selatan melaporkan telah mengalami akhir pekan terburuk untuk penularan Covid-19 sejak pandemi dimulai.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in telah menyebut gelombang ketiga penularan Covid-19 sebagai keadaan darurat.

Menteri Kesehatan Korea Selatan juga menggambarkan ibu kota Seoul sebagai zona perang Covid-19 pekan ini.

Pada Minggu (13/12/2020), Korea Selatan melaporkan 1.030 penularan virus corona, memecahkan rekor sehari sebelumnya, yakni 950 kasus penularan.

Sehingga, total penularan kasus terkonfirmasi Covid-19 saat ini telah mencapai 42.766 kasus dengan 580 kematian.

Baca juga: 26 Jenderal di Nigeria Terinfeksi Covid-19, 1 Tewas

Angka penularan tertinggi dalam sehari pernah dicapai Korea Selatan pada akhir Februari lalu yang mencapai 909 kasus.

Moon memperingatkan bahwa jika aturan pembatasan aktivitas warga akan dinaikkan ke level tertinggi setelah rekor peningkatan penularan.

Dari kasus baru tersebut, 1.002 kasus ditularkan secara lokal, menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan.

"Ini adalah momen penting untuk mengerahkan semua kemampuan demi mengendalikan virus dan kekuatan administratif kami untuk menghentikan penyebaran virus corona," ujar Moon.

Baca juga: Wabah Covid-19 di Pabrik Sarung Tangan Malaysia Tewaskan 1 Orang

Aturan diperketat untuk tanggapi peningkatan penularan

Sekolah di Korea Selatan akan dialihkan kembali ke pembelajaran jarak jauh, perusahaan hanya mengizinkan beberapa pekerja yang harus masuk ke kantor.

Kota Seou dan sekitarnya, rumah dari setengah 52 juta penduduk Korea Selatan, saat ini berada di tingkat pembatasan 2.5.

Pertemuan labih dari 50 orang sudah dilarang dan restoran dilarang melayani pelanggannya setelah pukul 9 malam.

Pembatasan di tingkat 3 artinya lockdown untuk pertama kalinya di Korea Selatan, yang saat ini menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia.

Pemerintah Korea Selatan juga akan menambah sekitar 10.000 tempat tidur rumah sakit dalam beberapa pekan ke depan.

Untuk sementara Pemerintah juga akan membayar beberapa perawat yang terlibat dalam perawatan pasien Covid-19 dengan tambahan gaji sebesar 3 juta won atau lebih dari Rp 36 juta.

Baca juga: PM Eswatini Jadi Pemimpin Negara Pertama yang Meninggal Setelah Positif Covid-19

Jualan kembang api tahun baru dilarang di Jerman

Jerman telah memperketat aturan pembatasan pandemi menjelang Natal untuk mengurangi laju penularan virus corona yang sudah tinggi.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, para gubernur di Jerman setuju untuk meningkatkan langkah-langkah lockdown mulai Rabu (16/12/2020) hingga setidaknya 10 Januari.

"Kami terpaksa mengambil tindakan ini dan kami melakukannya," kata Merkel, yang menambahkan aturan pembatasan yang diberlakukan pada November telah gagal mengurangi penularan baru secara signifikan.

Rata-rata kasus penularan baru harian di Jerman telah meningkat selama dua pekan terakhir, dari 23 kasus baru per 100.000 orang pada 28 November menjadi 26 kasus baru per 100.000 orang pada 12 Desember.

Baca juga: Negara-negara Kaya Timbun Vaksin Covid-19, Bagaimana Nasib Negara Miskin?

Sekolah di Jerman akan ditutup atau beralih ke homeschooling, sebagian besar toko yang tidak menjual makanan akan ditutup.

Begitu pula sejumlah bisnis, seperti salon rambut yang sejauh ini diizinkan untuk tetap buka, serta penjualan alkohol di luar ruangan akan dilarang.

Restoran masih diizinkan untuk melakukan layanan takeaway, tetapi makan atau minum tidak dapat dilakukan di dalam restoran.

Penjualan kembang api untuk perayaan Tahun Baru juga akan dilarang, begitu pula pertemuan dan kumpul-kumpul di luar ruangan pada malam Tahun Baru.

Baca juga: Presiden Brasil Dorong Ketidakpercayaan Rakyatnya terhadap Vaksin Covid-19

Suasana Natal dan Tahun Baru yang akan berbeda

Larangan mengkonsumsi alkohol di luar ruangan akan menyebabkan satu tradisi Natal di Jerman menjadi hilang, yakni mengkonsumsi anggur hangat yang biasanya disajikan di pasar-pasar malam menjelang Natal.

Beberapa kota di Jerman telah membatasi konsumsi alkohol di luar ruangan dan menimbulkan sejumlah reaksi.

Pada Rabu, Merkel mengatakan kepada parlemen jika kios-kios yang menjual anggur hangat tidak sesuai dengan langkah-langkah mengurangi penularan Covid-19.

"Tidak ada jarak antar orang atau penggunaan masker saat minum gluhwein," kata Thomas Boehle, seorang pejabat di Munich.

Sementara itu, Federasi Rumah Sakit Jerman menyambut langkah-langkah baru untuk mengurangi penularan.

Baca juga: Selama Karantina Covid-19 Banyak Penduduk Desa di Inggris Temukan Harta Karun Abad Pertengahan

Namun, mereka tetapi mengaku sulit untuk memahami mengapa Badan Obat-obatan Eropa belum menyetujui vaksin virus corona pertama.

Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat (AS) telah menyetujui vaksin Pfizer-BioNTech, bahkan di Inggris proses vaksin sudah dimulai pekan lalu.

Rumah sakit di wilayah timur yang banyak mengalami penularan Covid-19 di sekitar Dresden telah mengimbau orang-orang untuk ikut bertanggung jawab dengan menjaga jarak aman dan pemakaian masker.

Sejumlah rumah sakit juga mengatakan fasilitas medis akan mencapai kapasitas penuh.

"Perawat dan dokter sudah mencapai batas fisik dan psikologis mereka," kata rumah sakit dalam iklan surat kabar.

Baca juga: Mulai Besok Warga Amerika Akan Disuntik Vaksin Covid-19 Pfizer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com