MANHATTAN, KOMPAS.com - Larut malam tanggal 8 Desember 1980, seorang pemuda menembak mati idolanya sendiri, John Lennon.
Eks anggota band The Beatles tersebut ditembak lima kali, empat peluru bersarang di badannya, tembakan kelima meleset. Saat itu John Lennon baru tiba di rumah dari studio rekaman bersama istrinya, Yoko Ono.
Polisi menemukan penembaknya sedang membaca buku, ketika dia sengaja menunggu ditangkap di luar apartemen The Dakota, pusat kota Manhattan, Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Jimi Hendrix sampai John Lennon, Musisi Terkenal yang Memprediksi Kematian Mereka Sendiri
Lennon langsung dilarikan ke rumah sakit dengan mobil polisi, tetapi nyawanya tidak tertolong meski sudah menerima beberapa transfusi darah, kata seorang dokter kepada wartawan.
Lennon sendiri tiba di rumah sakit tanpa denyut nadi, dan dokter berusaha ekstra keras menyelamatkan nyawanya.
Kematiannya langsung tersiar ke seluruh dunia, dan banjir liputan media melebihi jangkauan popularitas John Lennon yang kala itu baru berusia 40 tahun.
Pembunuhnya, Mark Chapman yang saat itu berusia 25 tahun, ternyata adalah penggemar berat John Lennon.
Dia datang dari Hawaii untuk meminta Lennon menandatangani salinan album terbaru penyanyi Inggris itu yang berjudul Double Fantasy, saat musisi kelahiran 9 Oktober 1940 itu meninggalkan apartemennya pada siang hari sebelum insiden.
"Aku melihat foto di mana dia menandatanganinya. Itu muncul di TV lagi dan lagi," tulis Yoko Ono kepada para fans sebulan kemudian, dalam kolom iklan yang diisinya di surat kabar besar seluruh negeri.
"Entah kenapa foto itu terlihat lebih sulit untuk kulihat daripada foto kematiannya. John buru-buru siang itu. Dia tidak harus menandatanganinya tapi dia melakukannya, sementara pria itu mengawasinya, pria yang akan mengkhianati John nanti."
Baca juga: Kenangan Elton John Saat Membuat John Lennon Sakit secara Fisik, Apa Itu?
Dalam liriknya John Lennon menulis, I don't believe in Jesus, I just believe in me, Yoko and me.
Candaan John Lennon bahwa The Beatles lebih populer daripada Yesus juga membuat Chapman geram.
Chapman kemudian diadili dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Sidang pembebasan bersyaratnya yang ke-12 akan digelar pada 2022.
Ronald Reagan sebagai presiden terpilih AS saat itu, menyebut penembakan John Lennon sebagai tragedi besar.