Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelancong Mancanegara Diklaim Berisiko Lebih Rendah Tularkan Covid-19

Kompas.com - 05/12/2020, 17:37 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

LONDON, KOMPAS.com - Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) dan Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) mengeluarkan laporan bersama, yang mengklaim bahwa pelancong mancanegara berisiko lebih rendah menularkan kasus infeksi baru Covid-19 dibandingkan transmisi dalam populasi lokal.

Melansir The Independent, Sabtu (5/12/20) laporan tersebut mengklaim bahwa dalam situasi epidemiologi saat ini di semua negara Uni Eropa dan Inggris, kasus Covid-19 yang berasal dari pendatang luar negeri (imported cases) terbilang memiliki proporsi yang sangat kecil dari semua kasus yang terdeteksi, dan tidak secara signifikan meningkatkan laju penularan.

“Selain itu, langkah-langkah yang diterapkan dalam penerbangan kemungkinan menekan potensi penularan selama proses perjalanan udara,” seperti tertulis dalam laporan tersebut.

Saat ini, pengunjung ke Inggris sebagian besar dari negara yang memberlakukan aturan yang sama soal kasus virus corona. Mereka wajib mengisolasi diri selama dua minggu.

Adapun sejak akhir bulan lalu waktu karantina berkurang menjadi lima hari jika tes Covid-19 terbukti negatif.

Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Laporan tersebut mengatakan bahwa wisatawan tidak boleh dianggap sebagai populasi berisiko tinggi, atau diperlakukan sebagai orang yang berkontak dengan virus Covid-19. Kecuali mereka terbukti telah melakukan kontak yang diketahui dengan kasus positif yang terkonfirmasi.

"Dalam situasi epidemiologi saat ini, karantina atau pengujian sistematis (virus) untuk penumpang udara tidak diperlukan," ungkap penelitian itu.

Laporan juga menilai langkah-langkah penyaringan masuk, seperti pemeriksaan suhu dan kuesioner kesehatan tidak efektif. Namun, pernyataan Formulir Pelacak Lokasi Penumpang (PLF) merupakan alat penting untuk memfasilitasi pelacakan yang cepat di negara tujuan.

Para penulis mengkritik tidak adanya konsensus tentang langkah-langkah perlindungan kesehatan.

"Kurangnya harmonisasi dan seringnya atau kadang tiba-tiba melakukan perubahan kebijakan nasional menyebabkan kebingungan dan menimbulkan keengganan untuk melakukan perjalanan," tulis mereka.

Baca juga: Cermati, Waktu Tepat Ganti Masker demi Cegah Infeksi Covid-19

Sebelumnya, laporan dari lembaga tersebut menyatakan bahwa industri penerbangan mendorong penyebaran virus corona di Eropa.

Mereka mengatakan, pengenalan virus yang berkaitan dengan perjalanan dan penyebaran terkait pariwisata di UE/EEA dan Inggris berkontribusi besar pada penularan di seluruh dan di dalam negara selama fase awal pandemi Covid-19.

Namun pada minggu pertama November 2020 dikatakan, "Kasus dari pendatang luar negeri hanya menyumbang kurang dari satu persen dari total jumlah kasus, dengan sebagian besar kasus diperoleh secara lokal."

Seorang juru bicara Departemen Transportasi yang mengurusi skema karantina mengatakan: "Pemerintah sudah konsisten menjelaskan akan mengambil tindakan tegas jika perlu untuk membendung virus.

Tindakannya termasuk menghapus salah satu negara dari daftar koridor perjalanan dengan cepat jika risiko kesehatan masyarakat berisiko. Jumlah orang yang masuk ke negara yang berisiko. tertentu tanpa mengisolasi diri menjadi terlalu tinggi.

“Sepanjang wabah, semua keputusan kami berdasarkan bukti ilmiah terbaik. Setiap bukti yang muncul terus dipantau dan dicatat dalam pembuatan kebijakan kebijakan pemerintah."

Baca juga: 800 Petugas KPPS di Jateng Positif Covid-19, Paling Banyak Wonosobo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com