Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Meski Pandemi, Emisi Gas Rumah Kaca Tembus Rekor Tertinggi

Kompas.com - 24/11/2020, 12:53 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Banyak ilmuwan berharap emisi yang dihasilkan manusia akan berkurang tahun ini akibat dari pandemi Covid-19. Tetapi PBB menggambarkan harapan itu sebagai titik kecil.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan pada Senin (23/11/2020) bahwa tingkat karbon dioksida di atmosfer mencapai rekor baru pada 2019 dan terus mengalami peningkatan pada tahun ini, meskipun telah dilakukan lockdown wilayah dan tindakan lainnya untuk meredam pandemi Covid-19.

Menurut WMO, tingkat karbon dioksida yang merupakan produk dari pembakaran bahan bakar fosil yang berkontribusi terhadap pemanasan global itu mencapai puncaknya di level 410,5 bagian per juta (ppm) pada 2019.

Baca juga: 11 Negara Bagian di AS Desak Aturan Emisi Pesawat Terbang yang Lebih Ketat

Peningkatan emisi tahun ini lebih besar dari tahun sebelumnya dan melampaui rata-rata selama satu dekade terakhir.

"Tingkat kenaikan seperti itu tidak pernah terlihat dalam sejarah catatan kami," kata Sekretaris Jenderal WMO Profesor Petteri Taalas, mengacu pada peningkatan emisi sejak 2015 dan mendesak negara-negara untuk berupaya keras dalam perataan kurva (emisi) yang berkelanjutan.

Baca juga: Emisi Gas Berbahaya di AS Lebih Banyak Ditimbulkan oleh Para Orang Kaya

Lockdown hanya sebentar menurunkan emisi

Badan PBB yang berbasis di Jenewa, Swiss, itu mencatat bahwa penutupan wilayah, larangan terbang, dan pembatasan lainnya memang telah mengurangi banyak polutan dan gas rumah kaca seperti karbon dioksida.

Berdasarkan hasil awal dari Buletin Gas Rumah Kaca tahunan terbaru yang dirilis WMO menyebutkan bahwa ketika pandemi merebak awal tahun ini, produksi karbon dioksida harian turun 17 persen di bawah rata-rata tahun lalu.

Tetapi WMO mengingatkan agar tidak berpuas diri dan menyebut penurunan global dalam aktivitas industri karena pandemi ini justru tidak membatasi rekor konsentrasi gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer, meningkatkan suhu, memicu naiknya permukaan laut, dan memicu cuaca ekstrem.

"Penurunan emisi akibat lockdown hanyalah titik kecil pada grafik jangka panjang," kata Kepala WMO Petteri Taalas.

Baca juga: Pemerintah Norwegia Bayar 56 Juta Dollar AS kepada Indonesia untuk Emisi yang Turun

Sebelumnya WMO memperkirakan penurunan emisi tahunan antara 4,2 persen dan 7,5 persen.

Tetapi WMO mengatakan bahwa penurunan ini tidak akan menyebabkan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer berkurang dan mengingatkan bahwa dampak pada konsentrasi itu tidak lebih besar dari fluktuasi normal tahun ke tahun.

Data di seluruh dunia untuk tahun 2020 memang belum tersedia tetapi tren konsentrasi yang meningkat tampaknya tidak berubah, kata WMO, mengutip bacaan awal dari stasiun Tasmania dan Hawaii.

Baca juga: Kisah Orang Kaya Australia Habiskan Hartanya demi Atasi Perubahan Iklim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com