Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahan Hidup dengan Rp 18.000 Per Bulan, Ini Cerita Warga Venezuela

Kompas.com - 23/11/2020, 15:08 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Untuk mencapai Farmapatria, Norma harus berjalan sekitar 1,5 km ke stasiun metro terdekat. Lereng curam menuruni bukit itu adalah perjalanan berbahaya.

Dia berjalan dengan tongkatnya di trotoar yang tidak rata dan berlubang, melewati pedagang kaki lima dan tong sampah.

Dalam perjalanan pulang, ia berulang kali berhenti untuk beristirahat.

Dalam perjalanan kereta, ia melewati tiga perhentian. Kereta itu gratis untuk orang seusianya.

"Saya perlu berjalan. Jika saya tinggal di rumah, saya akan sakit dan hanya berbaring di tempat tidur dan saya tidak menginginkannya. Terkadang kaki saya sakit karena belum lama ini saya terjatuh dan pergelangan kaki saya terkilir. Sedikit bengkak, tapi saya tetap berjalan," kata Norma.

Sangat sedikit makanan

Norma bergantung pada makanan yang dibagikan pemerintah kepada mereka yang berpenghasilan rendah.

"Kotak makanan itu datang setiap satu setengah bulan. Yang terakhir isinya dua kilo beras, dua bungkus tepung untuk membuat arepas [roti pokok Venezuela], dua kilo pasta, beberapa bungkus chickpeadan kopi. Kali itu, mereka tidak memberikan gula," kata Norma.

Makanan itu tidak cukup dan Norma mengatakan dia sering merasa "pusing".

"Hari ini saya makan roti tepung, kopi, dan telur yang diberikan seseorang untuk sarapan saya. Untuk makan siang, saya makan kacang polongdan nasi, dan kacang polong lagi untuk makan malam."

"Sudah lama sekali sejak saya tidak makan daging, ayam, susu; saya tidak pernah mengira saya akan kelaparan di usia tua. Bukan hanya saya yang mengalami ini, banyak orang di lingkungan ini yang mengalami situasi yang sama," tambahnya.

Norma mengatakan putranya tidak dapat membantunya sekarang.

"Dia berusia 25 tahun, telah menikah dan memiliki dua anak. Dia mendapatkan upah minimum di sebuah restoran, tapi pekerjaan itu berakhir akibat pandemi. Kini, dia membuat kue bersama istrinya untuk memenuhi kebutuhan."

Listrik tak memadai dan air kuning

Norma bersyukur mesin cuci tua yang sudah dimilikinya bertahun-tahun masih berfungsi.

Begitu juga dengan lemari es dan TV sebagai sumber hiburannya. Namun, dia khawatir tegangan listrik yang turun tiba-tiba dan pemadaman listrik yang berulang akan merusak peralatannya.

"Karena itulah microwave saya rusak. Sudah tidak menyala lagi sekarang dan saya tidak mungkin membeli yang baru," katanya cemas.

Tak hanya pasokan listrik yang jadi masalah.

"Hampir setiap minggu, saya mengalami kesulitan air selama dua hari. Untungnya, ketika suami saya masih hidup, dia membeli tangki plastik yang dipasang di kamar mandi. Tapi air yang keluar berwarna kuning dan sangat kotor, jadi saya harus merebusnya."

Norma menghindar untuk bicara masalah politik.

Dia enggan mengatakan apakah dia mendukung mantan Presiden Chavez, dan apakah dia akan memberikan suara dalam pemilihan parlemen bulan Desember.

Dia hanya pasrah: "Saya tidak lagi mengharapkan sesuatu yang baik; segalanya selalu lebih buruk."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com