"Kemudian Juhayman datang dan menyatakan kesetiaan kepada Imam Mahdi. Dia meyakinkan orang-orang sehingga mereka menyatakan kesetiaan kepada Mahdi," kenang mahasiswa muda tadi.
Salah seorang mahasiswa lain, Abdulmanan Sultan, yang menyelinap ke dalam masjid pun memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.
"Orang-orang sangat terkejut melihat senjata di Masjidil Haram. Ini hal yang tidak biasa bagi mereka. Tidak diragukan lagi hal itu membuat mereka takut. Sesuatu yang amat tidak patut," tutur Abdulmanan.
Juhayman Al Otaybi memerintahkan para pria bersenjata pengikutnya untuk menutup Masjidil Haram dan menempatkan penembak jitu di menara masjid, siap berperang melawan musuh-musuh Mahdi.
Bagi mereka, Pemerintah Arab Saudi dianggap tidak bermoral, korup, dan berorientasi pada Barat.
Ketika polisi mendekati masjid untuk mencari tahu yang terjadi di dalam, mereka melepas tembakan dan korban jiwa pun berjatuhan.
Mark Hambley, yang saat itu merupakan pejabat bidang politik di Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Saudi, mengingat bahwa pihak berwenang Arab Saudi menerapkan kebijakan "black out" berita atau melarang berita tentang peristiwa tersebut.
Tidak banyak yang tahu siapa sebenarnya yang menduduki Masjidil Haram dan apa pula alasannya.
Namun, dia bisa mendapat informasi dari seorang pilot helikopter Amerika Serikat yang terbang di atas Mekkah bersama aparat keamanan setempat.
"Yang pertama merupakan upaya yang naif tetapi berani dari sejumlah besar pasukan pengawal nasional dan polisi yang berada di sekitarnya. Dan banyak yang mati ditembak," kenang Hambley.
Pemerintah Arab Saudi mengerahkan ribuan tentara dan pasukan khusus ke Mekkah untuk mengambil alih masjid. Mereka membawa kendaraan lapis baja sementara pesawat tempur pun juga dikerahkan.
Keluarga raja meminta persetujuan para pemuka agama untuk menggunakan kekerasan atau kekuatan bersenjata di dalam masjid.
Dalam beberapa hari mendatang pertempuran meningkat dengan pasukan pemerintah yang melancarkan serangan demi serangan.
Sebagian masjid rusak dan jumlah korban mencapai ratusan jiwa.
Abdulmanan Sultan yang menjadi saksi mata dan sempat menyelinap ke dalam masjid mengatakan kepada BBC bahwa tembakan dan ledakan terdengar hampir setiap jam hingga Subuh.